Berita
Oleh La Aswan pada hari Minggu, 09 Jan 2022 - 03:17:52 WIB
Bagikan Berita ini :

Dugaan Kecurangan Pemilihan BEM UHO Dapat Merusak Hubungan Mahasiswa dengan Birokrasi Kampus

tscom_news_photo_1641673072.jpg
Universitas Halu Oleo (UHO) (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA(TEROPONGSENAYAN)-Penundaan pelantikan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) sampai saat ini masih menjadi pro-kontra bahkan jadi trending topik pembahasan para mahasiswa Universitas Halu Oleo.

Pasalnya, Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) UHO telah mengundur waktu pelantikan Ketua BEM UHO terpilih yang mana sampai pada saat ini belum diketahui kapan akan dilaksanakan.

Menanggapi hal itu, mantan pengurus BEM UHO Kendari, Rasmin Jaya menduga ada kecurangan e-voting dalam pemilihan Ketua BEM UHO dan ada campur tangan salah seorang oknum birokrasi kampus hingga merugikan salah satu kandidat BEM UHO nomor urut 02 yakni pasangan Muhammad Kadarismon dan Nanang Faharudin.

Menurut alumni SMA Negeri 2 Kusambi (SMANDAKU) angkatan ke IV ini, jika hal itu terus didiamkan maka dapat menimbulkan banyak penafsiran dari para mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO).

Apalagi pasangan nomor urut 02 itu kata Rasmin, telah menggugat hasil e-voting pemilihan Ketua BEM UHO Kendari pada beberapa waktu lalu.

"Jika sampai detik ini belum ada kesimpulan atas indikasi kecurangan PEMIRA UHO 2021 pada sidang gugatan dan sengketa ini akan menambah banyak tafsiran mahasiswa terhadap pihak pelaksana Pemira UHO," kata Rasmin kepada wartawan, Minggu (9/1/2021).

Tak hanya itu, Rasmin Jaya juga menyoroti pihak penyelenggara pemilu raya (PEMIRA) UHO yakni Mahkamah Sengketa Organisasi Kampus (MSOK) dan Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) sampai saat ini juga belum membuka suara dan pernyataan soal hasil gugatan kandidat yang merasa di rugikan itu.

"Seharusnya pihak birokrasi juga mampu memediasi persoalan ini jika memang tak ada campur tangan dalam sistem E-Voting sampai perhitungan rekapitulasi suara, jika memang benar ada sala satu oknum birokrasi yang coba bermain sama halnya dia merusak citra kelembagaan dan mengamputasi hak demokrasi mahasiswa itu sendiri” jelasnya.

Rasmin melanjutkan, Universitas merupakan wadah atau labolatorium bagi seluruh mahasiswa untuk bebas mengembangkan dan membentuk jati diri dalam rangka mempersiapkan diri menjadi pemimpin masa depan untuk membangun bangsa ini menjadi lebih baik.

"Dalam proses pembentukan jati diri mahasiswa dan pemuda harus merasakan kemerdekaan diri, tak ada yang mengganggunya untuk mengembangkan potensi dan aktualisasi diri sebab kampus adalah wahana belajar yang juga bisa menciptakan stabilitas dan iklim demokrasi yang baik tanpa melakukan cara-cara yang bersifat menyimpang dan merugikan orang lain” lanjutnya.

Lebih jauh, Rasmin mengatakan bahwa birokrasi tak ada hak memutuskan secara sepihak bagaimana alur dan siklus demokrasi mahasiswa itu berjalan, karena pada hakikatnya kondisi demokrasi nasional dan daerah tergantung praktek-praktek politik dan demokrasi yang kita laksanakan di ruang akademik.

"Jika kebebasan kita terlalu kental sikap kontrol birokrasi maka tumbuh kembang mahasiswa dan kelembagaan mahasiswa pasti akan mandeg dan bahkan segala masalah akan berdampak pada sikap apatisme," ungkapnya.

Kesalahpahaman yang terus berulang ulang dan membudaya setiap tahunnya antara pimpinan birokrasi dan mahasiswa, menurut Rasmin, itu bisa berakibat fatal, apa lagi di momentum demokrasi kampus yaitu di Universitas Halu Oleo(UHO).

"Karena dapat merusak hubungan harmonis yang sudah lama terjalin antara mahasiswa dan pihak birokrasi kampus dan hal ini terjadi di Universitas Haluoleo (UHO)," katanya.

"Pihak penyelenggara KPUM seharusnya bisa menjaga netralitas dan independensinya, tak boleh ada pemihakan agar tak ada yang di rugikan” sambungnya.

Untuk itu, Ketua Dewan Pengurus Komisariat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo (DPK GMNI FISIP UHO) Kendari ini sangat menyayangkan jika hal tersebut sampai terjadi. Padahal, seharusnya untuk menciptakan sebuah universitas yang baik pimpinan birokrasi dan mahasiswa harusnya saling terbuka.

"Sehingga segala kegiatan yang di lakukan di dalam internal kampus tidak mendapatkan banyak sorotan dari mahasiswa dan citra dari perguruan tinggi Universitas Haluoleo bisa terjaga sebagai wadah membentuk jati diri mahasiswa dan menciptakan pemimpin masa depan” katanya.

Terakhir, Rasmin mengingatkan bahwa didalam dunia akademik seharusnya saling menjunjung tinggi prinsip kesetaraan, kebebasan dan penghormatan satu sama lain sebagai upaya saling memanusiakan tanpa ada dominasi dan penggiringan.

"Sebab integritas seorang pejabat birokrasi tidak di liat atau tak di ukur melalui kemampuan teoritis dan retorika melainkan tindakan-tindakan praktis yang menjadi contoh untuk generasi tetapi jika menyimpang dan menyeleweng dari orientasi sesungguhnya maka yakin dan percaya pasti akan di lawan," tutupnya.

tag: #sultra  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement