JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Fenomena lambatnya ekonomi hingga pertengahan Quartal II APBN 2015 sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan kinerja kabinet kerja Presiden Jokowi belum bisa menjawab tantangan program-program yang diinginkan.
"Menteri-menteri masih gamang, eselon 1 belum beres hingga kini. Ini sungguh sangat mengecewakan rakyat dan mungkin juga mengecewakan bagi presiden yang terbukti juga marah atas kinerja bawahannya saat blusukan dipelabuhan Tanjung Priok," kata Direktur Energi Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean di Jakarta, Kamis (25/6/2015).
Menurutnya, hal ini merupakan gambaran umum yang butuh gerak cepat dan langkah strategis serta taktis untuk segera mengangkat perekonomian negara.
Pemerintah kata dia, secara khusus harus segera menyusun langkah strategis dan taktis mengelola energi, baik migas, tambang mineral, dan listrik. Tiga pokok bidang energi ini jika dikelola dengan baik dan benar akan mampu menyumbang pendapatan negara yang sangat signifikan.
Namun sayangnya lanjut dia, Kementerian ESDM yang membawahi sektor energi tidak mampu berbuat banyak.
"Beginilah jika pejabat terlalu bermain dalam zona nyaman hingga tidak berani melakukan terobosan-terobosan penting," ujar dia.
Untuk itu alangkah baiknya jika Jokowi segera melakukan langkah terobosan terhadap program besar, terutama di bidang energi, migas, tambang dan listrik. Jangan sampai program presiden ujung-ujungnya duduk di tempat dan tidak jalan karena minimnya terobosan.
"Banyak pejabat sekarang tidak berani mengambil langkah konkret karena takut dan bermain di zona nyaman. sementara untuk memperbaiki negara yang sudah kacau ini butuh langkah extra yang tentu harus ditopang oleh pengambil kebijakan yang berani," tandas dia.
"Program listrik 35 GW jalan dirempat, mafia Migas masih kokoh, dunia tambang amburadul, presiden perlu membentuk pengendali untuk sektor ini. Jangan sampai program presiden berakhir di atas kertas," tegasnya. (iy)