Oleh Cak AT (Ahmadie Thaha) pada hari Jumat, 24 Jan 2025 - 11:10:44 WIB
Bagikan Berita ini :

Deep Focus Plus

tscom_news_photo_1737691844.jpg
(Sumber foto : )

Di tengah hiruk-pikuk dunia yang terus bergerak, kemampuan untuk benar-benar hadir dan tenggelam dalam satu tugas menjadi barang langka. Begitu pula dalam shalat, kondisi khusyu" merupakan anugerah yang hanya bisa dicapai dengan perjuangan melawan distraksi.

Menariknya, khusyu", sebuah konsep yang begitu kental dalam tradisi Islam, memiliki relevansi yang kuat dengan apa yang oleh para psikolog modern disebut sebagai deep focus. Keduanya terkait, menjadikan khusyu" sebagai deep focus plus.

Topik inilah yang baru-baru ini saya sampaikan dalam sebuah seminar di Institut Agama Islam al-Qur"an al-Ittifaqiah (IAIQI) di Indralaya, Sumatera Selatan. Hadir pimpinan perguruan tinggi dan ribuan mahasiswa. Materi yang saya sampaikan ini sangat praktis diterapkan dan lebih dibutuhkan di era kecerdasan buatan seperti sekarang.

Khusyu", dalam terminologi al-Qur"an, mengacu pada keadaan tunduk, merendahkan diri, dan fokus penuh kepada Allah. Dari akar kata khā" syīn ʿayn (خ ش ع), kata ini muncul 17 kali di al-Qur"an dalam berbagai bentuknya. Dua kali sebagai kata kerja (khasyaʿa), satu kali sebagai kata benda abstrak (khusyūʿ), dan 14 kali sebagai kata benda pelaku aktif (khāsyiʿ). Jadi, khusyu" itu lebih banyak berupa tindakan aktif.

Firman Allah Swt seperti di surah Al-Baqarah ayat 45 dan surah al-Mu"minun ayat 2 menggambarkan khusyu" sebagai kondisi hati yang terarah sepenuhnya pada Allah, yang menjadi penentu keberhasilan seorang mukmin. Namun, apa sebenarnya makna khusyu"?

Secara sederhana, khusyu" adalah kondisi di mana seorang Muslim menghadirkan hati, pikiran, dan fisiknya dalam shalat. Gangguan-gangguan pikiran ditinggalkan, dan perhatian diarahkan sepenuhnya pada makna setiap bacaan serta gerakan shalat. Tidak sekadar menjalankan ritual, khusyu" adalah keterlibatan penuh yang menghubungkan diri dengan Allah.

Jika kita bandingkan dengan deep focus, keduanya memiliki kesamaan yang mencolok. Deep focus tak lain keadaan konsentrasi penuh pada satu tugas tanpa gangguan. Inilah kondisi di mana seseorang tenggelam dalam pekerjaan yang membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi. Fokus seperti ini memungkinkan seseorang berpikir kritis, menyelesaikan tugas kompleks, dan menghasilkan karya berkualitas tinggi.

Dalam khusyu", fokus ditujukan pada aspek spiritual; dalam deep focus, konsentrasi diarahkan pada tujuan duniawi. Namun, mekanisme keduanya serupa: penyaringan gangguan, keterlibatan pikiran yang mendalam, dan hasil yang berkualitas.

Khusyu" dalam shalat dan deep focus dalam pekerjaan sama-sama mengajarkan pentingnya kehadiran penuh. Dalam khusyu", kualitas ibadah meningkat karena setiap gerakan dan bacaan dilakukan dengan penuh makna. Sebaliknya, deep focus menjamin hasil pekerjaan yang maksimal karena tidak ada energi yang terbuang untuk distraksi.

Perbedaannya terletak pada tujuan: khusyu" untuk mendekatkan diri kepada Allah, sementara deep focus untuk menyelesaikan tugas-tugas duniawi.

Namun, mencapai kedua kondisi ini bukan hal mudah. Lingkungan kita dipenuhi dengan gangguan digital yang terus-menerus memperebutkan perhatian kita. Notifikasi ponsel, media sosial, dan e-mail yang berdatangan menciptakan “biaya peralihan tugas” yang besar. Setiap kali perhatian teralihkan, dibutuhkan waktu untuk kembali ke tingkat konsentrasi yang sama. Ini mirip dengan bagaimana dalam shalat, pikiran yang mengembara dapat mengurangi kualitas khusyu".

Dalam al-Qur"an, khusyu" digambarkan sebagai sebuah tujuan spiritual yang tinggi, seperti dalam Surat Al-Hadid ayat 16: "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah?" Ayat ini mengingatkan kita bahwa khusyu" adalah sesuatu yang perlu diperjuangkan.

Demikian pula, deep focus merupakan keterampilan yang harus diasah. Baik dalam shalat maupun pekerjaan, kemampuan untuk fokus tidak hanya meningkatkan kualitas hasil, tetapi juga membawa kepuasan yang lebih mendalam.

Jadi, baik khusyu" maupun deep focus menuntut kita untuk hadir sepenuhnya. Dalam shalat, khusyu" menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam pekerjaan, deep focus menjadi kunci untuk mencapai produktivitas tinggi. Keduanya mengajarkan bahwa kualitas, baik dalam ibadah maupun usaha duniawi, hanya dapat diraih dengan konsentrasi penuh.

Mungkin inilah saatnya kita merenung: jika kita mampu mempraktikkan khusyu" dalam shalat, mengapa tidak menerapkan prinsip yang sama dalam setiap aspek kehidupan kita?

Cak AT - Ahmadie Thaha
Ma"had Tadabbur al-Qur"an,25/1/2025

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

Demokrasi Pancasila: Mewujudkan Kepemimpinan yang Berbasis Hikmat dan Musyawarah

Oleh Beathor Suryadi
pada hari Jumat, 24 Jan 2025
Sila keempat Pancasila, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”, menjadi salah satu pilar penting dalam mewujudkan demokrasi di Indonesia. ...
Opini

Muhammad Said Didu dan Perlawanan terhadap Oligarki: Momentum Kebangkitan Rakyat

Dalam sejarah perubahan peradaban, pergerakan pemuda sering kali menjadi penggerak utama. Namun, di penghujung tahun 2024 dan awal 2025, muncul fenomena baru: generasi tua mengambil peran signifikan ...