Oleh Cak AT (Ahmadie Thaha) pada hari Rabu, 19 Mar 2025 - 13:24:01 WIB
Bagikan Berita ini :

Lantai Bursa Ambruk

tscom_news_photo_1742365441.jpg
(Sumber foto : )

Jakarta kembali heboh. Bukan karena konser K-Pop atau influencer yang endorse judi online, tapi karena sesuatu yang lebih serius: bursa saham rontok 7%! Layaknya domino di meja kasino, saham-saham bluechip bertumbangan —dari perbankan hingga raksasa teknologi milik konglomerat.

Seakan belum cukup dramatis, Wakil Ketua DPR beserta rombongan tiba-tiba muncul di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). Direktur Utama BEI yang menyambut mereka mungkin sempat berpikir, "Ini mau inspeksi atau ikut panik bareng?"

Apakah saham mereka juga ikut nyungsep? Atau ini langkah politis untuk meredam isu bahwa bursa yang merosot bisa menggoyang kursi kepresidenan? Di mana "polisi saham" dalam situasi ini —apakah tugas mereka juga termasuk menahan kejatuhan indeks?

Investor panik. Perdagangan dihentikan. Semua sektor berdarah-darah. Bahkan konglomerat raksasa pun ikut terseret. Kejatuhan ini memicu reaksi global. MSCI, JP Morgan, dan Goldman Sachs buru-buru menurunkan peringkat Bursa Efek Indonesia menjadi "Tidak Layak Beli." Dana asing kabur, memperparah tekanan jual.

Di tengah kegentingan ini, muncul isu Menteri Keuangan Sri Mulyani bakal mundur. Benarkah atau sekadar hoaks politik? Yang jelas, investor asing semakin ragu. Stabilitas kebijakan yang selama ini diandalkan mulai goyah.

Kedatangan rombongan DPR ke BEI bak pahlawan kesiangan. Tapi mungkin mereka juga khawatir: apakah bursa yang rontok bisa mengguncang kursi kepresidenan?

Secara historis, kejatuhan bursa bukan faktor utama tumbangnya pemerintahan. Namun, dalam politik Indonesia yang lebih dramatis dari sinetron, sentimen ekonomi bisa jadi bola salju. Jika gejolak pasar berlanjut —daya beli masyarakat turun, APBN defisit, kepercayaan investor luntur— tekanan politik bisa meningkat.

Kehadiran DPR di BEI bisa dianggap bentuk kepedulian. Atau, bagi yang skeptis, sekadar cari panggung. Yang pasti, ini peristiwa langka —pejabat legislatif turun langsung ke bursa, seolah-olah masalah ini bisa diselesaikan dengan gesture prihatin dan sedikit lip service.

Pertanyaannya, apakah mereka membawa solusi konkret? Jika serius, seharusnya fokus mereka adalah regulasi yang jelas, insentif pajak yang mendukung pasar modal, serta stabilitas fiskal yang tidak dikorbankan demi kepentingan jangka pendek.

Kalau cuma datang untuk melihat layar merah dan menghela napas, investor pun bisa melakukannya dari rumah—tanpa protokoler dan iring-iringan mobil dinas.

Lalu, apa selanjutnya?

Bursa ambruk bukan kiamat, tapi ini sinyal yang tak bisa diabaikan. Jika tak ada intervensi yang tepat, dampaknya bisa menjalar lebih dalam ke sektor riil: PHK massal makin banyak, konsumsi terjun bebas, hingga potensi resesi.

Apakah ini cukup untuk menggoyang kursi kepresidenan? Tidak serta-merta. Tapi jika krisis tak dikelola dengan baik, kepercayaan publik bisa runtuh —dan dalam politik, persepsi adalah segalanya.

Yang lebih mendesak bukanlah apakah parlemen harus hadir di bursa, melainkan apakah pemerintah dan DPR bisa bekerja sama menenangkan pasar dengan kebijakan yang masuk akal. Atau, kita hanya akan menyaksikan episode berikutnya dari drama politik yang lebih dramatis daripada bursa yang ambruk.

Satu hal yang pasti: naik-turun saham itu biasa. Tapi kalau wakil rakyat sampai turun ke lantai bursa, berarti ada yang benar-benar luar biasa.

Cak AT - Ahmadie Thaha
Ma"had Tadabbur al-Qur"an,19/3/2025

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
RAMADHAN 2025 H ABDUL WACHID
advertisement
DOMPET DHUAFA RAMADHAN PALESTIN
advertisement
RAMADHAN 2025 M HAEKAL
advertisement
RAMADHAN 2025 AHMAD NAJIB Q
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

IHSG dan Daulat Pasar

Oleh Sefdin
pada hari Rabu, 19 Mar 2025
Hari ini orang ramai menyoal kondisi Indonesia saat ini. Terutama setelah IHSG anjlok. Semua menyalahkan kebijakan pemerintah. Yang pada intinya: dinilai tidak pro pasar.  Pasar… ...
Opini

Komentar Ringkas Atas Anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan

Anjloknya IHSG yang tajam hari ini, kendati kecuraman kurvanya baru tiga kali terjadi dalam sejarah Bursa Efek Indonesia, bisa dikatakan tidak memiliki efek contagion  terhadap makro prudensial ...