TEROPONGSENAYAN.COM - Jakarta, Pak Sudirman Said mengirim surat terbuka ke Presiden Prabowo yg dimuat di Majalah Tempo tanggal 21 Juli 2025.
Surat tersebut intinya meminta dan berharap agar pemberantasan mafia migas dapat diselesaikan dengan telah dijadikannya Muhammad Reza Chalid (MRC) sebagai tersangka korupsi di Pertamina karena selama ini, walau diduga sudah beroparasi sebagai mafia migas sejak Orde Baru tapi tidak bisa disentuh hukum. Apakah Presiden Prabowo mau dan mampu menembus pertahanan MRC ? Ini adalah uji nyali Presiden Prabowo dalam pemberantasan korupsi
Bagi saya, yang kenal betul track record Pak Sudirman Said berpendapat bahwa sepertinya surat tersebut adalah salah satu cara beliau dalam perjuangan panjang untuk membersihkan negeri ini dari korupsi, terutama korupsi di Minyak dan Gas Bumi. Apakah ini perjuangan terakhir? Rasanya tidak. Sebab saya mengenal betul karakter dan keteguhannya dalam memperjuangkan perbaikan bagi Republik ini.
Siapa Sudirman Said ?
Sudirman Said adalah salah satu murid dekat mantan Menteri Keuangan Pak Mar’ie Muhammad yg dikenal sebagai Mr. Clean. Juga bersama Erry Ryana Harjapamekas (mantan Pimpinan KPK) menjadi motor lahirnya KPK. Selain itu adalah salah satu Deputi Dr. Kuntoro Mangkusubroto di BRR Aceh. Di Pertamina - saaat saya sebagai Sekretaris Kementerian BUMN - saya katakan ada Trio pembersih mafia Migas di Pertamina yaitu Jendral TNI (Purn) Endriartono Sotarto sbg Komut, Ery Soemarno sebagai Dirut, dan Sudirman Said sebagai Kepala Divisi ISC (Integrated Supply Chain) - tapi umurnya tidak penjang. Terakhir Sudirman Said sebagai Menteri ESDM (2014-2016) atas rekomendasi KPK ke Presiden Jokowi.
Intinya Sudirman Said memang selalu jadi sapu untuk membersihkan.
Jadi kalau beliau disingkirkan atau tidak digunakan artinya situasi sedang kotor. Dan itu terjadi saat beliau dicoret atau dinyatakan tidak lulus dalam seleksi pimpinan KPK tahun 2023-2024 (rezim Jokowi dan Prabowo).
Perjuangan Panjang melawan mafia Migas
Pak Sudirman Said sudah berkali-kali berhadapan langsung dengan mafia Migas MRC.
Dimulai saat beliau diangkat oleh Ary Soemarno (Dirut Pertamina) sebagai kepala Divisi ISC (Integrated Supply Chain) Pertamina yg mengambil alih peran anak perusahaan Pertamina di Singapura, Petral sebagai trader migas untuk Pertamina. Semua pembelian migas saat itu dan sebelumnya diatur oleh Petral dan Petral diduga sdh dikendalikan oleh MRC. Pengambilalihan ini tidak lama hanya skrg satu tahun (2008-2009) karena ada perintah dari atas kepada Pertamina agar ISC dibubarkan dan pengadaan migas dikembalikan ke Petral. Ini diduga terkait dg penggantian Dirut Pertamina Ary Soemarno. Sebagai informasi bahwa penggantian Dirut Pertamina selalu di tangan Presiden. Akhirnya Petral dan diduga geng mafia Migas MRC hidup lagi.
Setelah MRC diduga berhasil kembali “kendalikan” trader migas di Pertamina lewat pembubaran ISC, tahun 2014 Sudirman Said diangkat sebagai Menteri ESDM atas rekomendasi KPK ke Presiden Jokowidodo maka yg dilakukan pertama oleh beliau adalah membentuk satgas pembentukan satgas Mafia Migas yg dipimpin oleh Pak Faisal Basri (almarhum). Salah satu rekomendasi satgas tersebut adalah pembubaran Petral.
Sudirman Said berhadapan langsung dengan MRC pada saat kasus Papa Minta Saham. Kasus Papa minta saham adalah kasus permintaan saham di Freeport oleh Setya Novanto dan Reza Chalid yang dalam rekaman disebutkan juga saham untuk Presiden Jokowidodo sebagai syarat perpanjangan kontrak Freeport yg dibongkar oleh Sudirman Said.
Tapi MRC bebas lagi dan tidak tersentuh bahkan diduga menjadi “teman dekat” mantan Presiden Jokowidodo. Berbagai indikasi kedekatan MRC dengan Jokowidodo sbb : (1) Presiden Jokowidodo melarang kami meneruskan kasus Papa minta saham, (2) MRC sebagai tamu VVIP pernikahan putranya - Gibran di Solo, (3) menjadi tamu pada berbagai acara presiden Jokowido.
Setelah Pak Sudirman Said, Pak Rizal Ramli, Pak Anies Baswedan, Pak Ferry Mursidan Baldan yg saya kenal sebagai Menteri bersih dan mau membersihkan dikeluarkan dari Kabinet Jokowidodo tahun 2016 maka saya menduga bahwa sejak 2016 mafia kembali berkuasa.
Akhirnya terbukti korupsi Pertamina oleh MRC tahun 2018-2023 yang nilainya fantastis. Awalnya disebut sktr Rp 1.000 trilyun tapi setelah diperiksa nilai kerugian negara sebesar Rp 285 trilyun.
Harapan kepada Presiden Prabowo
Dari uraian perjuangan memberantas mafia - terutama mafia Migas - sangat ditentukan oleh kemauan dan keberanian Pemimpin tertinggi.
Sebagai fakta sejarah perjuangan Sudirman Said melawan mafia migas selalu gagal karena intervensi pemimpin tertinggi.
Tahun 2008-2009, di Pertamina hampir berhasil tapi “digagalkan” oleh pemimpin tertinggi saat itu. Tahun 2014 -2016 juga hampir berhasil tapi “digagalkan” lagi oleh pemimpin tertinggi.
Apakah pemimpin tertinggi sekaran (Prabowo Subianto) juga akan gagal atau menggagalkan ? Mari kita tunggu. Semoga perjuangan Pak Sudirman Said berhadapan dg MRC utk pemberantasan mafia Migas yg sdh belangsung puluhan tahun kali ini berhasil dan surat yg dibuat tersebut adalah simbol kemenangan melawan mafia.
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #