JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -Kalangan ekonom dan praktisi usaha di Indonesia sudah mulai menerapkan sistem syariah, baik dari segi keuangan maupun manajemennya. Bahkan sudah mulai menjadi trend di kalangan pengusaha muda yang terhimpun dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi).
"Jika anda yakin untuk beralih ke syariah, jangan takut mati gaya," tutur Elsa Febiola Aryanti, managing director Paramadina Islamic Mangement Institute. Sebab, kata pegawai Bank Indonesia yang memilih pensiun dini ini, jika kita yakin menerapkan tuntunan agama, pasti Tuhan akan mencarian jalan yang terbaik.
Tentu, kata konsultan keuangan syariah ini, untuk sukses dan berhasil, pasti tidak mudah dan mulus, ada saja ujian dan cobaan saat memulai sistem manajemen dan juga keuangan syariah. Istilahnya mati gaya, termasuk kehilangan order dan pendapatan.
Menerapkan keuangan syariah, seperti berzakat, kata Febiola, juga dapat membersihkan harta kita. "Tapi bukan berarti dengan berzakat kita bisa membersihkan harta yang haram, kita harus tetap mencari harta secara halal," ujarnya dalam Seminar dan Talkshow Talk to The Expert bertajuk "Bagaimana Keuangan Syariah Bisa Membantu Pengusaha" yang digagas Lembaga Pengembangan Pengusaha Potensial (LP3) Hipmi Jaya, belum lama ini (8/7/2015) dan didukung TeopongSenayan.
Selain Febiola, seminar menjelang buka puasa itu juga menghadirkan praktisi syariah lainnya, yaitu Fadillah Amri (head of business banking Maybank Syariah Indonesia), Syahril Yeddi (konsultan bisnis transportasi Wakaf Produktif AlAzhar Indonesia), ust Muhammad Faishol (pimpinan pesantren Al-Mutaallimin dan juga staf Dewan Syariah Nasional- (DSN) - MUI).
Sistem syariah intinya menolak praktik riba, spekulasi, dan yang serba tidak pasti (gharar). Febiola pun memberikan tips agar manajemen syariah kita berhasil: pisahkan keuangan pribadi dan usaha, sebab, pertanggungjawabannya berbeda. (b)