JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Bang Haji Rhoma Irama menilai umat Islam di Indonesia sudah dewasa yang mudah terprovokasi oleh insiden perusakan mushola di Tolikara, Papua. Sebab insiden itu dilakukan oknum yang ingin merusak kebebasan beragama.
Meski demikian sebagai Ketua Unum FAHMI TAMAMI (Forum Silaturahmi Ta'mir Masjid dan Musholla Indonesia) Rhoma Irama meminta aparat untuk bersikap tegas dan bertindak cepat terhadap pelaku pembakaran mushola itu. Agar masyarakat merasa aman.
"Tindakan tegas penting diambil agar umat Islam di sana tidak merasa terancam. Betapapun masjid dan umat Islam itu satu. Kalau masjid dibakar, umatnya menjadi terancam," ujar Bang Haji Rhoma kepada TeropongSenayan di Jakarta, Sabtu (18/7/2015) malam.
Bang Haji Rhoma menegaskan, masjid adalah bagian dari aktivitas menjalankan ajaran agama. Dan menjalankan ajaran agama itu dilindungi oleh UUD 1945. Oleh karena itu, tidak boleh ada yang menggangu apaalagi mengancam umat beragama yang melaksanakan ibadahnya.
"Pembakaran tempat ibadah itu bagian dari upaya mengancam umat beragama," tegas Rhoma. Dia menilai oknum-oknum yang melakukan pembakaran masjid apapun motifnya dapat dikategorikan mengancam kebebasan beragama.
Kepada pemerintah, khususnya penegak hukum di Papua, Rhoma meminta untuk lebih mewaspadai dan mengambil tindakan preventif terhadap kemungkinan adanya gerakan untuk memecah belah persatuan dan kesatuan. Tidak boleh membiarkan begitu saja.
Sebab, tambah Rhoma, kasus penolakan kegiatan sholat ied di Tolikara sudah disampaikan ke pihak keamanan sejak 11 juli 2015 atau sepekan sebelum kejadian. Artinya, seharusnya potensi terjadinya kerusuhan yang berbau SARA bisa terdeteksi beberapa hari sebelumnya.
Sebagaimana diberitakan, pada Jumat (17/7/2015) terjadi penyerangan terhadap para jamaah shalat idul fitri dan pembakaran masjid di Distrik Karubaga, Tolikara, Papua. Aksi tersebut mengundang berbagai kecaman para tokoh dan masyarakat luas.(ris)