JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Mimpi Koordinator Forum Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang untuk menjadi bupati dan membangun kampung halamannya di Manggarai Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT) harus dikubur dalam-dalam. Sebab, niatnya untuk menjadi calon bupati tak cukup mendapat dukungan dari partai-partai politik.
Sebetulnya, Sebastian telah mengantongi dukungan 6 kursi DPRD dari Partai Golkar dan PKB. Jadi, agar bisa memenuhi persyaratan mengantongi 7 kursi, tinggal cari tambahan 1 kursi lagi. Namun, saat lobi mencari kursi tambahan dengan partai politik, Sebastian diminta membayar uang mahar Rp 500 juta.
Lucius Karus, sahabat Sebastian yang juga peneliti Formappi mengatakan, selalin tak mampu membayar mahar setengah miliar, Sebastian juga tidak mau jika proses pencalonan dirinya di pilkada harus melibatkan uang.
"Bang Sebastian memilih berhenti jadi calon bupati dari pada harus terlibat dalam permainan uang," ujar Lucius kepada TeropongSenayan di Jakarta, Jumat (31/7/2015).
Lucius mengutarakan, uang dalam politik bukanlah hal baru, apalagi dalam Pilkada. Yang baru adalah pengalaman aktivis LSM dalam dunia politik. Mereka harus berhadapan dengan politik nyata.(yn)