JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Pengamat politik Arbi Sanit menilai, reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Joko Widodo hanya untuk menyenangkan PDI Perjuangan.
Hal itu terlihat dari masuknya politisi PDI Perjuangan Pramono Anung dan dipertahankannya Puan Maharani sebagai Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
"Jadi reshuffle dilakukan bukan untuk kepentingan rakyat karena tidak berorientasi pada perbaikan kinerja pemerintahan," ujar Arbi kepada TeropongSenayan di Jakarta, Senin (17/8/2015).
Menurutnya, menteri di kabinet Jokowi yang banyak dikritik publik dan dianggap tidak bisa bekerja adalah Puan Maharani. Mestinya, sebut Arbi, Puan menjadi menteri yang paling pertama ditarik dari kabinet.
Dia yakin Puan dipertahankan di kabinet karena merupakan putri Megawati Soekarnoputri, ketua umum PDI Perjuangan.
Dengan masuknya Pramono Anung sebagai Sekretaris Kabinet, jatah kursi PDI Perjuangan di kabinet Jokowi bertambah. Arbi menilai PDI Perjuangan masih ingin menambah jatah kursi lagi di kabinet Jokowi.
"Dilihat dari pernyataan-pernyataan elite partainya, PDI Perjuangan masih ingin nambah kursi lagi. Dan itu bukti partai tersebut tak peduli apakah pemerintah akan berhasil atau tidak," terangnya.
Arbi menambahkan, jika PDI Perjuangan punya komitmen agar pemerintahan Jokowi dapat efektif dalam menjalankan tugasnya, mestinya partai itu ikut membantu tanpa mengejar jumlah kursi di kabinet.
Karena motifnya hanya untuk menyenangkan PDI Perjuangan, Arbi pesimistis pergantian menteri di kabinet Jokowi tidak akan meningkatkan kinerja pemerintahan.(yn)