JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Sosok Donald Trump menjadi perbincangan hangat masyarakat Indonesia, tatkala kampanye bakal calon presiden Amerika Serikat (AS) itu dihadiri pimpinan DPR, di antaranya Setya Novanto dan Fadli Zon.
Kritikan publik terhadap pimpinan DPR itu tidak lepas dari sosok Donald Trump sendiri. Konon miliarder AS itu mempunyai reputasi buruk bagi masyarakat Tanah Air. Salah satu usaha yang dia jalankan adalah bisnis judi, maka tak heran banyak kasino yang dikelola Trump.
Namun dalam perjalanannya, ada empat perusahaan Trump yang bergerak dalam bisnis judi sempat mengalami kebangkrutan. Apa saja kah itu?
1. Trump Taj Mahal, 1991
Kebangkrutan pertama yang dialami Trump adalah di tahun 1991, dan bisa jadi yang paling meenyakitkan baginya. Untuk mendapatkan dana, Trump kala itu menjual kapal pesiar sepanjang 282 kaki, maskapai yang dia operasikan dengan rute Washington D.C, New York dan Boston.
Dia harus memberikan separuh kepemilikan sahamnya di Trump Taj Mahal, tapi dia tetap mengelola properti tersebut.
2. Trump Castle Associates, 1992
Kurang dari setahun dia pun kembali mengalami kebangkrutan. Ini adalah tempat judi punya Trump lainnya di Atlantic City. Kebangkrutan kali ini juga termasuk Trump Plaza Hotel di New York, Trump Plaza Hotel dan Kasino di Atlantic Cuty, juga Trump Castle Casino Resort.
Dia menyerahkan separuh sahamnya di New York Plaza pada Citibank, namun tetap memiliki saham di kasino.
3. Trump Hotel dan Casino Resorts, 2004
Trump kembali datang ke pengadilan di November 2004, karena perusahaannya bangkrut. Di sana Trump mengajukan untuk melepaskan utangnya pada kasino Atlantic City dan sebuah kapal di Indiana.
Perusahaan melepaskan diri dari utang US$ 500 juta dan kembali bangkit dari kebangkrutan bulan Mei tahun berikutnya. Dia memberikan pengelolaan perusahaan pada pemegang saham, namun tetap menjadi pemegang mayoritas. Dan lagi-lagi, dia tetap mengelola tempat judinya.
4. Trump Entertainment Resorts, 2009
Kebangkrutan Trump yang terakhir adalah di tahun 2009, setelah perseroan gagal melakukan pembayaran US$ 53,1 juta obligasi. Kala itu diyakini menjadi akhir hidup Atlantic City. Dia akhirnya keluar dari jajaran direksi dan menyerahkan sisa kepemilikan sahamnya di perusahaan.(yn/dbs)