JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Tak ada yang monumental dari polemik Pelindo II yang saat ini heboh mengisi sejumlah kolom di media pemberitaan. Hal itu dinyatakan pengamat komunikasi politik, Lely Arriannie Napitupulu dalam diskusi Polemik SindoTrijaya FM yang bertema ‘Pelindo Dibongkar, Siapa Disasar?" di Warung Daun Cafe, Cikini, Jakarta, Sabtu (12/9/2015).
Ketimbang memercayai simpang siurnya informasi yang berkembang, Lely mengaku dirinya lebih percaya bahwa saat ini pelabuhan semata obyek yang dieksploitasi untuk dijadikan sebagai panggung bagi komunikasi antar politisi.
"Hingar bingar ini bermula dari Jokowi sendiri. Pada saat itu dia ke pelabuhan dan dia marah. Setelah itu semua orang seperti mencari panggung politik. Disanalah muncul persoalan itu," katanya di Warung Daun Cafe, Cikini, Jakarta, Sabtu (12/9/2015).
Ada peran yang berbeda dari setiap politisi memainkan lakon yang diperlihatkannya. Melalui medium isu pelabuhan, kata Lely, para politisi sedang menunjukkan sinyal komunikasi dan selanjutnya akan mengerucut pada pembagian kepentingan.
Dari momentum kegaduhan pelabuhan ini, lanjut Lely, Dirut Pelindo II RJ Lino menunjukkan kedekatannya dengan sejumlah petinggi negara.
"Ini semuanya seperti mencari momen sebagai ajang keliling. Itu untuk menunjukkan kedekatan mereka dengan penguasa atau pengambil kebijakan. Itu secara otomatis diduga, diinginkan bisa menggoyang kedudukan seseorang," ungkapnya.
Di lain pihak, Lely menambahkan, DPR juga merespons dengan memainkan politik bunyi-bunyian dengan mendorong Pansus.
"Dan tanpa kesanpun apa yang berkembang di DPR potensial dipalsukan. Akan ada polistisi yang secara indvidual akan mencoba mendorong persoalan ini menjadi kepentingan nantinya dan berusaha mendekati pemerintah," imbuhnya.
Lely pesimis persoalan yang menyangkut pelabuhan di Indonesia akan dituntaskan secara serius. Baginya, persoalan Pelindo II dan yang berkembang pada pencopotan Komjen Pol Budi Waseso hanyalah simpul politik komunikasi yang dikembangkan penguasa pemerintahan.
"Jadi, media menyebut kehebohan, saya mengatakan bising-bising politik komunikasi pemerintah. Tokoh utamanya sebenarnya bukan Buwas. Tapi pak Jokowi, karena pak Jokowi yang pertama mengambil tempat. Lalu semua orang mengambil panggung," tutupnya. (mnx)