JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Pertamina memproyeksikan pembangunan jaringan pipa gas dan bahan bakar minyak (BBM) di seluruh wilayah di Indonesia. Proyek tersebut merubah pola distribusi gas dan BBM yang semula menggunakan perangkat transportasi.
Belum juga dibangun, proyek tersebut sudah menimbulkan kekhawatiran dari sejumlah kalangan. Diantaranya, anggota Komisi VII DPR Katherine A Oemboen mengibaratkan pembangunan jaringan pipa BBM dan gas tersebut layaknya untaian bom waktu yang melingkari Indonesia.
"Indonesia akan seperti dikelilingi bom waktu. Dimana pipa gas dan BBM itu mudah disabotase. Bahkan, sinar matahari pun bisa meledakkan pipa kalau menerima panas terus-menerus," ujar Katherine saat diwawancarai di gedung DPR, Jakarta, Selasa (15/9/2015).
Katherine mengatakan, Pertamina harus mengevaluasi kembali rencananya itu dan mempertimbangkan kemungkinan resiko bahaya yang harus ditanggung dari pembangunan jaringan pipa BBM dan gas.
"Coba baca berita ledakan yang terjadi di Bantar Gebang yang sekarang terbakar. Itu hanya karena endapan panas matahari. Jadi resikonya sangat besar," ungkapnya.
Bila terjadi ledakan api dan kebakaran, lanjut Katherine, kemungkinan untuk dipadamkan relatif sulit. Terutama, jika menyangkut gas karena di dalamnya ada kandungan metan.
"Karena itu jaringan pipa gas atau bbm harus terkait dengan sumber pembangkitnya seperti pabrik pengolahan gas dari sampah, kilang minyak dan lain-lain. Jadi nggak boleh jaringan pipa itu sepanjang-panjangnya. Harus terkait dengan sumbernya sehingga bisa dikendalikan saat terjadi ketidaknormalan yang bisa meledakkan jaringan pipa," jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Kordinator Maritim Rizal Ramli menunjukkan penentangan juga terhadap rencana Pertamina itu. Rizal mempertimbangkan potensi besar kerawanan mulai dari sabotase hingga pencurian dengan modus pembocoran terhadap pipa BBM. Lebih dari itu, Rizal khawatir terjadi imbas horizontal yang dapat merugikan bagi perusahaan bisnis jasa transportasi darat pengangkut BBM.(yn)