JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Rencana Pertamina membangun jaringan pipa bahan bakar minyak (BBM) ditanggapi miring oleh Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli. Ia menilai proyek tersebut cenderung imajiner dan tidak punya nilai strategis bisnis.
Namun, Wakil Ketua Komisi VI Farid Alfauzi menyambut positif rencana Pertamina itu. Ia menuding kritikan mantan Menteri Keuangan itu cenderung politis.
"Ya nggak bisa begitu, jaringan pipa itu memang harus menggunakan pemikiran. Seorang enginer jangan dengan pendekatan politis," ujar Farid di gedung DPR, Jakarta, Kamis (17/9/2015).
Politisi Hanura ini mengaku siap jika harus debat terbuka dengan Rizal Ramli untuk memastikan bahwa jaringan pipa BBM penting untuk diapresiasi.
"Bisnis harus penuh dengan inovasi. Bagi yang tidak mengikuti perubahan, akan habis dan tereliminasi. Potensi perubahannya adalah sistem distribusi bahan bakar. Saya sampaikan misalnya dulu penyebrangan di madura tidak efisien. Butuh berjam-jam untuk sampai ke Madura. Yang diangkut pake kapal feri. Setelah ada jembatan, tidak lagi antrian. Bagaimana dengan bisnis kapal? Tidak bangkrut kan," paparnya
Farid menilai sebenarnya tidak ada yang berlebihan dari cara pandang Rizal Ramli, termasuk kekhawatiran terjadi sabotase sebagaimana yang ditakutkan juga masyarakat umum.
"Kekhawatiran itu barangkali berlaku umum. Tentu Pertamina sudah punya kalkulasi sekuritas yang terukur. Pertamina sudah pasti mempersiapkan sistem sekuritas yang baik," ucapnya.(yn)