MALANG (TEROPONGSENAYAN) - Lima orang mahasiswa Universitas Brawijaya (Unbraw) Malang menciptakan kondom sapi yang diberi nama "Hi-Mic". Kondom tersebut berfungsi untuk mencegah penyakit mastitis atau radang kelenjar ambing bagian dalam pada sapi perah.
Salah seorang mahasiswa pencipta kondom sapi Hi-Mic, Lovy Cendya Luckyta mengatakan, Hi-Mic dapat digunakan sebagai penanganan kasus mastitis karena tidak menimbulkan efek samping.
"Selain itu juga tidak menimbulkan iritasi," kata Lovy di Malang, Sabtu (3/10/2015).
Pemakaian kondom tersebut, terang Lovy, dilakukan setelah pemerahan susu pada puting sapi. Cara ini dapat mencegah masuknya bakteri, sehingga bisa meminimalisasi dan mencegah adanya penyakit mastitis.
Selain Lovy, mahasiswa lainnya yang berhasil menciptakan kondom Hi-Mic untuk sapi perah itu adalah Zuhronu Feradatu Khusna, Rizka Suryaning Dewi, Ema Eka Safitri, dan Dicky Yoga Prasetia. Kelimanya adalah mahasiswa Program Studi Kedokteran Hewan.
Hasil temuan mereka itu akan dipresentasikan di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-28 di Kendari pada 5-9 Oktober nanti. Proposal penelitian tersebut lolos seleksi Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) bersama 34 proposal lainnya yang juga bakal dipresentasikan di ajang yang sama.
Sebelumnya lima mahasiswa dari berbagai program studi juga telah menciptakan alat terapi mastitis bagi sapi perah yang diberi nama "Mastitis Electrical Biomedis" atau "Mastimedis". Ide untuk menciptakan Mastimedis melalui sejumlah penelitian ini berawal dari keresahan peternak terhadap tingginya prevalensi mastitis pada sapi perah yang disebabkan oleh bakteri patogen staphylococsus aureus dan streptococcus agalactiae.
Sapi yang terjangkit mastitis akan merugikan peternak dalam jumlah cukup besar, seperti penurunan produksi susu, kualitas susu, peyingkiran susu, biaya perawatan dan pengobatan cukup tinggi, serta pengafkiran ternak lebih awal. Jika penyakit mastitis ini dibiarkan pada kelenjar susu sapi, susu yang diproduksi akan ikut tercemar oleh bakteri.
Pengobatan yang selama ini dilakukan peternak adalah dengan menggunakan pengobatan antibiotik, seperti antibiotik dan antiinflam (mastitis klinis). Sayangnya, kedua bakteri penyebab mastitis tersebut mudah sekali resisten terhadap beberapa pengobatan antibiotik.
Dengan menggunakan Mastimedis, bakteri patogen penyebab mastitis dengan prinsip elekroporasi, yaitu bakteri akan mati pada frekuensi dan tegangan tertentu. Mastimedis telah dilakukan pengujian secara elektronika, uji invitro dan uji invivo. Alat ini akan terus diteliti dan dikembangkan untuk benar-benar dapat digunakan di seluruh peternakan sapi perah di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan produksi susu dalam negeri.(yn/ant)