JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Peneliti anggaran dari Centre for Budget Analisys (CBA), Uchok Sky Khadafi menganggap alokasi anggaran dalam APBN 2016 yang diperuntukkan untuk DPR RI tidak mencerminkan kondisi masyarakat yang sedang dalam kesusahan.
"Wow enak iya, nyaman iya, dapat anggaran besar dari APBN dan bisa jadi ruang kerja DPR nanti menjadi ruang kerja paling mewah se Indonesia," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Selasa (02/11/2015).
Disebut mewah, lanjut Uchok, karena alokasi anggaran sebesar itu jika dibagi jumlah anggota DPR saat ini, maka anggaran tersebut jauh dari cukup bahkan sangat besar.
"Coba, kalau anggaran sebesar Rp.740 milyar dibagi 560 orang anggota dewan, maka setiap angota dewan punya ruangan seharga Rp.1.3 milyar. Fantastis bukan?" tandas dia.
Menurutnya, prilaku anggota DPR periode saat ini sudah sangat tidak mencerminkan apa yang tengah dialami rakyat.
"DPR ini betul-betul tidak peka atas penderitaan rakyat yang saat ini lagi kesusahan banget. Dimana-mana susah cari duit untuk cari makan untuk satu hari saja. Di mana-mana rakyat itu kesulitan ekonomi, semua harga-harga naik," tegas dia.
Uchok menilai, harga barang-barang keperluan yang sehari-hari dirasakan dan dinikmati masyarakat sudah tidak lagi memihak kepada rakyat kecil. Parahnya lagi anggota DPR sebagai wakil rakyat yang seharusnya memperjuangkan nasib rakyat malah tidak ada rasa kepedulian terhadap kondisi seperti itu.
"Tol seenaknya saja naik, subsidi listrik diiringin tepuk tangan dewan, sudah hapus. Harga-harga kebutuhan pada naik. Ini malahan, DPR hanya mikirin dan memperjuangkan ruang seharga Rp.1.3 miliar," jelasnya.
Oleh karenanya, rencana DPR membangun ruangan kerja yang nilainya mencapai milyaran tersebut patut diawasi.
"Ini pembangunan ruang seharga Rp.1.3 milyar ini, betul-betul banyak penyimpangan dalam proses pembangunannya. Karena tidak mungkinlah, harga satu ruangan DPR itu, harganya sebesar Rp1,3 miliar buat orang orang yang masih punya pikiran yang waras," ujarnya. (iy)