JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane mengatakan, aksi serangan terbuka dengan ditandai ledakan bom yang terjadi di kawasan Sarinah Thamrin merupakan fenomena baru dalam sejarah teror di Indonesia.
"Bom Thamrin yang disebut di media bom Sarinah, adalah fenomena baru dalam sejarah teror di Indonesia. Bagaimana pelaku melakukan serangan terbuka di ruangan publik dengan mempertontonkan wajahnya yang kata polisi ada 4, saya kira lebih dari itu," ujar Neta saat acara diskusi Institut Soekarno Hatta bertema 'Kejanggalan Dalam Peristiwa dan Penanganan Bom Sarinah' di jalan Tebet Timur Dalam Raya 43, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (19/1/2016).
Neta menduga, aksi teror tersebut banyak kejanggalannya berbeda dengan serangan teror yang terjadi di kota Paris, Perancis akhir 2015 lalu. Hingga saat ini belum ada kejelasan dari mana sebenarnya asal muasal aksi teror tersebut direncanakan.
Neta tidak menampik bahwa aksi tersebut penuh dengan kejanggalan. Karena itu, dia memaklumi jika hingga kini banyak bermunculan anggapan bahwa aksi teror tersebut memiliki tendensi politis.
"Sejauh ini, di balik itu ada 2 spekulasi. Pertama, itu dispekulasikan bahwa aksi teror tersebut untuk menjatuhkan citra Tito (Kapolda Metro Jaya Tito Karnavian) karena dia bakal jadi jenderal bintang tiga dan sangat mungkit masuk calon Polri satu (Kapolri). Dengan adanya aksi tersebut, sehingga muncul spekulasi untuk meruntuhkan citra dia. Kedua, untuk mengangkat citra dia dengan kesan pada polisi gerak cepat," paparnya.
Ia sendiri sementara menduga ISIS berada di balik pengeboman di kawasan Sarinah tersebut.
"Yang jelas ketika saya berada di Paris, sudah beredar kabar Indonesia menjadi sasaran ISIS," ungkapnya.(yn)