Berita
Oleh Ahmad Hatim Benarfa pada hari Senin, 22 Des 2014 - 17:58:03 WIB
Bagikan Berita ini :
Banyak Diwarnai Perpecahan Parpol

Sejumlah Catatan Kritis Aktivis Perjalanan Politik 2014

9Refleksi Akhir Tahun di Kafe Deli.jpg
Ray Rangkuti (kiri) dan Sekjen Formappi Sebastian Salang (kanan) (Sumber foto : Ahmad Hatim Benarfa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Realitas politik yang terjadi pada 2014 dinilai memiliki pretensi yang mengkhawatirkan bagi perjalanan politik ke depan. Pasalnya, tidak ada satupun konflik yang mampu terselesaikan dengan tuntas hingga memasuki tahun politik pada 2015. "Dalam catatan saya pada akhir 2014 begitu banyak persoalan dan kita memasuki tahun 2015 dengan pesimisme," kata Kordinator Formappi Sebastian Salang dalam diskusi dan bincang akhir tahun yang bertajuk "Presiden Baru, Politik Pecah Belah, dan Keharusan Regenerasi Elit Politik" di Kafe Deli, Jakarta, Senin (22/12/2014).

Selain Sebastian, hadir pula mantan aktivis Jaringan Pendidikan untuk Pemilih Rakyat (JPPR) Jeiry Sumampow dan Direktur eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti. Sementara pengamat politik Jeiry Sumampouw menyoroti adanya gap yang cukup menonjol antara rakyat dengan para pelaku politik di Indonesia.

Menurut Jeiry, dari sejumlah entitas yang terlibat dalam proses politik, hanya rakyat yang tidak memiliki bargaining secara politik. "Bahkan kepentingan rakyat tidak terakomodir dan rakyat terjatuh pada perilaku pragmatisme politik," ucapnya.

Namun Ray Rangkuti justru menggarisbawahi sejumlah peristiwa yang dianggap monumental. "Pertama, pemilu legislatif yang penuh dengan persoalan kaitannya dengan alokasi dapil. Kedua, pemilihan presiden yang keras dan ketat," ujar dia.

Lalu yang ketiga, lanjut Ray, drama pilkada tidak langsung dimana PKS tiba-tiba setuju pada ide pilkada langsung dengan alasan demi keutuhan KMP. "Keempat, munculnya politik blok di DPR antara KIH dan KMP," ucap Ray lagi.

Selain itu, kata Ray, yang kelima adalah peristiwa politik dimana sejumlah kepala daerah naik kelas. Contoh, Pak Jokowi dari Walikota jadi presiden. Menurut Roy, keenam adalah peristiwa pelantikan Ahok jadi Gubernur yang dapat diterima dari masyarakat. "Ketujuh, Fenomena masyarakat sipil yang semakin cerdas. Indikasinya, rapat masal yang dilakukan pada kampanye terakhir jokowi yang menghadirkan 209.000 orang. Itu prestasi baru dalam politik kita. Ada calon pemimpin di republik ini yang mendapat duit dari kantong rakyat," sebut Ray. (ec)

tag: #LSM  #Formappi  #LIMA  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement