JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Demokrasi yang berlangsung di Indonesia padat modal lantaran digerakan oleh pemilik modal. Akibatnya, kondisi perpolitikan menjadi ruwet sekaligus memprihatinkan.
"Perlu konstruski yang ideal sebagaimana dicita-citakan para pendiri bangsa untuk mengatasi kondisi perpolitikan yang memprihatinkan saat ini,\" ujar Ariady Ahmad dalam diskusi dengan tema 'Keruwetan Republik', Jakarta, Minggu (25/1/2015).
Politisi Partai Golkar ini menambahkan tanpa ada kontruksi ulang, maka keruwetan perpolitikan nasional saat ini tak segera berakhir. Meski demikian, apapun bentuknya, konstruksi ideal yang dimaksud harus tetap melibatkan dan dipahami masyarakat.
Sedang Direktur Eksekutif Reform Institute, Yudi Latif mengatakan perpolitiak yang ruwet saat ini akibat dijalankannya demokrasi padat modal. Dimana, demokrasi yang tergantung pada pemilik modal sehingga kebebasan politik di Indonesia tidak bisa berjalan dengan baik.
"Demokrasi padat modal akan bergantung pada pemilik modal. Sehingga sumber daya alam digadaikan pada kaum kapitalis. Berbeda dengan Tiongkok yakno politik yang mengendalikan pasar. Kalau kita kan tidak, pasar yang mengendalikan politik," ujar Yudhi.
Senada dengan Yudhi, mengutip pendapat mendiang Gus Dur, Ariady mengungkapkan yang berlangsung di Indonesia adalah 'demokrasi seolah-olah'. Inilah demokrasi yang dijalankan sesuai dengan kemauan para aktor yang berada dipanggung perpolitikan nasional.(ris)