Berita
Oleh Alfian Risfil Auton pada hari Jumat, 30 Des 2016 - 09:39:22 WIB
Bagikan Berita ini :

Soal Pilgub DKI, Siti Zuhro Ingin Umat Islam Bangun dari Tidur Panjang

91SitiZuhro-TS.jpg
Siti Zuhro (Sumber foto : Dokumen TeropongSenayan)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Peneliti senior LIPI, Siti Zuhro‎ mengingatkan masyarakat agar menyikapi dinamika politik di Ibu Kota DKI dengan hati-hati.

Menurut dia, kegaduhan politik yang menimpa Ibu Kota Negara sekarang harus dipandang secara mendasar, khususnya terkait kesenjangan ekonomi dan ketimpangan sosial.

"Masalah bangsa ini hanya akan selesai dengan paradigma struktural yang solid, demi bangsa dan negara‎," kata Mbak Wiwi, sapaan akrab Siti Zuhro, saat diskusi Akhir Tahun 2016, Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI JAYA), dengan tema 'Evaluasi Kepemimpinan Pemda DKI Jakarta', di Jalan Taman Amir Hamzah, Jakarta Timur, Kamis (29/12/2016).‎

"Kita melihat DKI ini sudah mau rontok, makanya ini tidak boleh dibiarkan.‎ Karena ini adalah tanggungjawab bersama, ‎sehingga kita tidak boleh abai atau tidak mau tahu," katanya.

Pasalnya, kata Wiwi, sistem demokrasi yang berlangsung saat ini hanyalah lipstik dan topeng belaka, tanpa bisa membawa rakyat ke arah perubahan yang lebih baik.‎

Karenanya, kebangkitan umat Islam harus menjadi momentum dan bukti yang mampu membawa perubahan secara radikal.

Kata Wiwi, untuk kebijakan politik perlu ada proteksi dan affirmative action. Sedangkan terkait gejala menguatnya identitas kita akan ditarik untuk mempermudah eskalasi soliditas dalam memperjuangkan kondisi bangsa.

"Pak Ahok itu hanya faktor pemantik bagi umat Islam untuk bangun dari tidur nyenyaknya. HMI dan KAHMI harus hadir bukan untuk membela orang per orang, tetapi untuk insan cita. Mari kita selamatkan bangsa ini berlabuh di pelabuhan dimana manusia dimanusiakan, bukan manusia yang dilecehkan," ujar Wiwi.‎

Dalam jangka pendek ini, lanjut Wiwi, rakyat Jakarta harus memanfaatkan gelaran Pilkada DKI 15 Februari 2017 untuk menghasilkan pemimpin yang siddiq, amanah, tabligh dan fatonah.

"Pemimpin itu harus mampu mengoreksi kepemimpinan sebelumnya dan menjawabnya dengan solusi. Bukan hanya mengkritik," tegas dia.‎

"Bagaimana mungkin kita hidup di bangsa sendiri dengan dibodoh-bodohin, di monnyet-monyetkan.‎ Ingat, bangsa besar ini tidak bisa dikelola dengan merasa paling benar sendiri," ungkap Wiwi.

Karena itu, secara khusus Wiwi berpesan, agar keluarga besar KAHMI JAYA yang dihuni para cendikia dan aktivis tidak hanya berhenti di ranah evaluasi, tapi harus menawarkan sesuatu yang berharga demi perbaikan bangsa dan Indonesia.

Alumni Kohati ini juga mengapresiasi, di tengah melempemnya peran organisasi kemahasiswaan, setidaknya keberpihkan HMI tampak jelas saat terlibat dalam aksi umat Islam 411 dan 212 silam.

"HMI nampak keberpihakannya. Sedangkan organisasi kemahasiswaan lain atau ataupun senat mahasiswa tidak nampak," jelas Wiwi.‎

Namun, tambah Wiwi, sejarah besar HMI menuntut tidak cukup HMI sekedar ikut terlibat, tapi harus mengambil inisiatif.‎ (icl)

tag: #pilkada-jakarta-2017  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement