JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Anggota Komisi VI DPR RI Abdul Wachid menyesalkan membanjirnya gula import rafinasi saat ini. Gula yang seharusnya diperuntukkan untuk industri makanan dan minuman, lanjut dia, malah bocor ke pasar umum.
"Gula rafinasi membanjiri wilayah Jateng. Akibatnya gula lokal tidak laku, kalah bersaing. Kebijakan Mendag membunuh industri gula dan petani tebu," ungkap Wahid yang juga politisi Partai Gerindra ini kepada TeropongSenayan di Jakarta, Rabu (01/02/2017).
Yang lebih memprihatinkan, lanjut dia, gula rafinasi dijual eceran pedagang pasar desa dengan harga Rp 10.750 kg. Harga ini dibawah harga eceran gula lokal yang ditetapkan Menteri Perdagangan sebesar Rp 12.500/kg.
"Mestinya tidak boleh jual ke pasar umum, tapi khusus industri. Ini berarti sudah menyalahi aturan Mendag. Sebab gula lokal sesuai peraturan Mendag harga di eceran Rp 12,500 kg," tandas dia.
Membanjirnya gula rafinasi ke pasar umum, kata dia, tidak terlepas dari adanya ijin gula impor 400 ribu ton oleh Mendag.
"Kejadian rafinasi impor akan membanjiri pasar sesuai prediksi aku sebulan yang lalu," katanya.(ris)