JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Perpecahan di internal Partai Golkar yang berlambang beringin diramalkan berdampak negatif. Jika berkepanjangan hingga menjelang 2019, diramalkan banyak kader partai yang pindah ke partai lain, semisal Nasdem aau ke partai baru buatan Hary Tanusoedibyo, yaitu Partai Perindo.
Yang mengatakan demikian adalah Andi Harianto Sinulingga, salah seorang pendukung kubu Munas Jakarta yang dipimpin Agung Laksono. Dia masuk di jajaran DPP Partai Goklar versi Munas Ancol, yaitu sebagai Ketua Departemen Pemenangan Pemilu (Bappilu).
"Jika para elit-elit di Partai Golkar tidak juga menyelesaikan dengan cepat permasalahan di internalnya, maka akan ditinggalkan kader-kader Golkar potensial yang akan meninggal dan pindah ke partai lain," kata Andi saat mengikuti diskusi di Cafe Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (07/03/2015).
Menurut Andi, Partai Golkar tidak hanya di tinggalkan oleh kader-kader mudanya, tapi juga akan jeblok dalam pemilihan Pilkada nanti. "Bukan hanya kerugian dalam Pilkada. Namun akan ada kader-kader Golkar yang terbaik akan migrasi ke Partai-Partai lain. Itu sudah jelas bahwa akan ada migrasi ke Partai lain seperti ke Partai Nasdem dan Perindo," tuturnya.
Andi menambahkan, pindahnya para kade potensial ke partai lain dengan harapan mendapat tempat yang jelas dalam meniti karier politik, utamanya pada 2019. "Jika itu dilakukan, maka kader-kader Golkar yang karier politik masih jauh di Golkar akan tergiur, karena dengan dijanjikan posisi-posisi di Partai lain dengan menjanjikan, khususnya kader-kader yang muda," katanya.
Migrasi kader partai ini baru akan mulai pada Juni mendatang. Karenanya dia berharap, para elite partai, yaitu kubu hasil Munas Bali yang dipimpin Aburizal Bakrie (ARB) dan Agung Laksono. Dalam kepengurusan sebelumnya, keduanya berada dalam satu kubu. ARB ketua umum dan Agung wakil ketua umum.
Dalam beberapa periode kepengurusan Partai Golkar, posisi Agung nyaris tak pernah berubah, selalu menjadi wakil ketua umum, yaitu sejak era Harmoko, lalu Akbar Tandjung, Jusuf Kalla, dan terakhir ARB. Beberapa kali nama Agung masuk dalam bursa calon ketua umum dalam Munas Golkar. Namun selalu kandas. Terakhir, Agung justru nyempal dari ARB dan mengadakan munas sendiri, yaitu di Ancol. (b)