JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-- Kembali lolosnya Setya Novanto dari jerat hukum merupakan pertunjukan yang buruk bagi generasi muda. Ini contoh bagaimana pemimpin tertinggi lembaga pembuat hukum masih terus saja berupaya dengan segala cara mempermainkan hukum.
Ketua Institut Harkat Negeri (IHN) Sudirman Said menyatakan hal itu, Minggu (1/10/2017) di Jakarta. "Hari-hari ini nurani rakyat terluka oleh perilaku akrobatik salah satu elit politik yang sedang berkuasa, bernama Setya Novanto. Sungguh ini pertunjukan amat buruk buat generasi muda," kata Sudirman Said.
Menurut Sudirman, publik menjadi saksi dari waktu ke waktu tokoh kontroversial ini lolos dari jerat hukum. Ditengarai terlibat dalam deretan kasus demi kasus, seperti diberitakan media, dia selalu lolos. Publik bisa merasakan, meskipun sulit membuktikan, betapa uang begitu besar perannya.
"Dalam urusan KTP El, lihat reaksi publik sungguh masif. Dalam diam mereka mencerna. Setelah berakrobat dengan cerita sakit jantung, gula darah, fertigo, dan sebagainya. Setelah manuver panitia khusus pelemahan KPK. Hakim praperadilan meloloskan dia dari status tersangka," lanjut Sudirman.
Ironisnya, imbuh Sudirman, ini terjadi ketika rakyat sedang menyongsong peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Nurani rakyat terluka, karena keluhuran Pancasila tidak ditampilkan oleh elit politik kita.
Pancasila adalah buah pikiran dan olah jiwa luar biasa yang dihasilkan para pendiri bangsa. Lima kata kunci dalam Pancasila menjadi pedoman dalam menjadikan Indonesia, mengurus, dan membangunnya.
Ketuhanan sebagai landasan moral, Kemanusiaan sebagai jiwa dan semangat bernegara, Persatuan yang mengikat kemajemukan kita, Musyawarah dan Hikmat Kebijaksanaan sebagai cara mengelola, dan Keadilan Sosial sebagai tujuan bernegara.
Sudirman menyebut, mencuri, korupsi, menyuap hakim, menggunakan pengacara hitam untuk berperkara, melemahkan lembaga penegak hukum seperti KPK, menggempur sistem peradilan dengan suap, adalah tindakan-tindakan anti-Pancasila.
"Sementara rakyat kecil bekerja keras memperjuangkan hidupnya, banyak diantaranya berkorban menjaga martabat bangsa, ironis sekali kalau diantara elit yang berkuasa terus menerus menghancurkan harga diri dan reputasi negara kita, " tutur Sudirman Said, dosen Kepemimpinan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
"Itu tindakan yang melukai nurani rakyat. Tapi saya berdoa semoga Setya Novanto dan para koleganya, tidak sedang menghancurkan sendi-sendi Pancasila kita," kata Sudirman, yang saat menjabat Menteri ESDM melaporkan Setya Novanto dalam kasus Papa Minta Saham.(dia)