JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Indonesia termasuk negara yang menunjukkan prevalensi kekurangan vitamin D pada anak yang cukup tinggi. Hal itu diungkapkan Direktur Developmental Physiology & Nutrition Danone Nutricia Early Life Nutrition Belanda Dr Martine Alles di Jakarta, Minggu (22/3/2015).
Ia mengemukakan hasil sebuah studi yang dilakukan SEANUT pada 2013. Dalam studi tersebut ditemukan hampir separuh balita yang lahir di Indonesia mengalami kekurangan vitamin D.
"Studi SEANUT Indonesia 2013 menunjukkan prevalensi kekurangan vitamin D pada anak-anak Indonesia berumur 2-4,9 tahun adalah sebesar 42,8 persen di desa dan 34,9 persen di kota," katanya.
Padahal kata dia, vitamin D merupakan salah satu zat gizi yang mempengaruhi kualitas pertumbuhan anak-anak. Ia mencontohkan pada abad 19 terjadi insiden penyakit riketsia (pertumbuhan tulang dalam bentuk abnormal) yang melanda Eropa dan Amerika Serikat, khususnya di daerah perkotaan, yang disebabkan oleh kurang terpaparnya anak-anak pada sinar matahari.
Selanjutnya, pengobatan yang dilakukan adalah penggunaan minyak ikan pada abad dua puluh dan penetapan vitamin D sebagai fortifikasi mentega sejak 1961.
"Meningkatnya penyakit riketsia ternyata menyingkapkan manfaat lain vitamin D. Selain memperbaiki pertumbuhan tulang, vitamin D juga berpengaruh terhadap imunitas adaptif," kata Dr Martine Alles.
Dijelaskannya, asupan rendah vitamin D, kekurangan (deficiency) vitamin D, dan ketidakcukupan (insufficiency) vitamin D tidak hanya terjadi pada anak-anak di Eropa, tetapi juga di Asia.
Menurut Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia Institut Teknologi Bogor Prof Hardinsyah,masalah gizi di Indonesia memang masih memprihatinkan, terlihat dari jumlah balita bertumbuh pendek (stunting) akibat kekurangan gizi di Indonesia masih tinggi yang mencapai 37,2 persen atau 8,8 juta balita Indonesia pada 2013.
"Pemenuhan gizi seimbang terutama bagi calon ibu hamil, bumil, busui dan balita terus diperlukan. Terutama difokuskan pada zat gizi yang masih defisiensi seperti protein, asam lemak esensial, zat besi, kalsium, yodium, zink, vit A, vit D dan asam folat," ujarnya, dikutip laman Antara.
Melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Peningkatan Kesehatan Ibu & Anak serta Perbaikan Status Gizi Masyarakat telah ditetapkan sebagai dua dari sepuluh isu strategis nasional dan arah pembangunan kesehatan dalam lima tahun ke depan.
Head of Corporate Affairs Sarihusada Arif Mujahidin mengatakan pihaknya sebagai perusahaan yang didirikan enam puluh tahun lalu dengan misi memperbaiki gizi anak bangsa terus berkomitmen untuk mendukung upaya perbaikan gizi yang dilakukan pemerintah melalui peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi ibu-anak.
"Kami berharap bisa menjadi bagian bagi perbaikan gizi untuk membangun generasi bangsa Indonesia yang semakin berkualitas," jelas Arif. (iy)