JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Rentetan peristiwa penyerangan kepada para pemuka agama akhir-akhir ini membuat banyak pihak terhentak.
Aksi kekerasan yang menyasar ulama, ustadz dan pendeta tersebut dinilai bukan merupakan peristiwa keriminal biasa.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW), Hery Haryanto Azumi menyebut, fenomena ini sudah sangat mengkhawatirkan sehingga harus dipandang dari perspektif yang lebih luas.
Dia juga meminta agar semua pihak tidak menyederhanakannya. Menurutnya, semua umat beragama harus waspada menyikapi fenomena tidak biasa ini.
Demikian disampaikan Hery disela-sela konferensi pers tentang rencana penyelenggaraan Rakernas I PB MDHW di Citrus Caffe, TIS, MT Haryono, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (19/2/2018).
Dijelaskan Hery, rakernas sengaja mengangkat tema 'Memperkokoh Komitmen Islam Kebangsaan Menuju Orde Nasional', untuk membahas sejumlah ancaman kebangsaan akhir-akhir ini.
"Karenanya, masyarakat harus peka terhadap isu-isu agama yang ditarik ke ranah politik. Sebab, memasuki tahun politik ini banyak kelompok-kelompok yang menginginkan kebekuan keagamaan dan politik menjadi konflik, yang bukan tidak mungkin akan mengarah pada perpecahan umat," kata Hery.
Bahkan, dalam pandangan Hery, beberapa waktu terakhir memang ada gelagat sebagian kelompok yang menginginkan perubahan haluan bernegara.
"Mereka menuduh pemerintahan kita yang sekarang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Padalah, sesungguhnya kita sudah menjalankan itu semua. Ingat, kita tidak ingin bangsa ini menjadi negara-negara yang dipecah belah seperti di Timur Tengah," tegas Hery.
"Melalui rakernas itu juga, nantinya kami ingin menegaskan semangat nasional untuk mencairkan situasi yang sebenarnya tidak ada perbedaan apapun tentang semangat nasionalisme kebangsaan dan keberagaman kita," ungkapnya.
Sebab, menurut dia, nasionalisme dan keagamaan bangsa saat ini bukanlah dua kutub yang bertentangan. Tetapi justru saling menguatkan.
"Bagi kami, NKRI ini sudah final, sudah sesuai dengan prinsip-prinsip Islam karena darul ahdi (negara kesepakatan)," katanya menambahkan.
Diakhir Rakornas, tambah dia, pihaknya nanti akan menawarkan berbagai gagasan yang dapat menjadi solusi atas persoalan bangsa.
Selanjutnya, Ketua Panitia Rakernas MDHW, Ahyad Alfidal menyatakan, bahwa Rakernas I akan digelar di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, pada 21 hingga 23 Februari.
Kata dia, acara yang akan diikuti 2000 peserta dari seluruh nusantara akan dibuka langsung oleh Presiden Jokowi yang tak lain adalah Ketua Dewan Pembina MDHW.
Dijelaskan Ahyad, bahwa persiapan rakernas sudah hampir rampung. Saat ini persiapan sudah mencapai 95 persen.
"Alhamdulillah, persiapan sudah 95 persen. Insya Allah rakernas dihadiri dan dibuka langsung Presiden Jokowi," kata Ahyad.
Kata Ahya, akan hadir juga Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang akan tampil sebagai pembicara seminar dalam rangkaian Mukernas ini.
Selain itu, lanjut dia, dipastikan juga akan hadir para ulama sepuh karismatik yang selama ini menjadi panutan umat Islam di Indonesia. Diantaranya, KH Ma'ruf Amin, KH Said Aqil Siroj, KH Maimoen Zubair dan tokoh-tokoh semua ormas Islam se-Indonesia.
"Kami juga mengundang tokoh ulama, tokoh masyarakat, tokoh dan pimpinan parpol," tutup Ahyad.(plt)