JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Mantan Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Pusat, Edy Suandi Hamid ikut angkat suara soal larangan mahasiswi bercadar di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Menurutnya, pilihan bercadar atau tidak hanyalah cara dan pilihan para mahasiswi dalam berbusana.
"Jelas itu (larangan bercadar) berlebihan. Apalagi (diterapkan) di kampus seperti UIN," kata Edy saat dikonfirmasi TeropongSenayan, Selasa (6/2/2018).
Tokoh HMI ini menjelaskan, tidak ada satu pun hukum maupun etika yang secara khusus melarang pelajar atau mahasiswi Indonesia mengenakan cadar.
"Tidak ada hukum dan etika yang dilanggar mereka yang pake cadar. Bagi saya itu sah-sah saja, walau saya pribadi tak suka seperti itu. Jadi, jangan berlebihan lah," ujar Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta periode 2006-2010 dan 2010-2014 itu.
Edy juga tak sependapat dengan kebijakan larangan cadar, dengan alasan untuk mencegah potensi faham radikalisme di dunia kampus.
"Lah, kalau dikaitkan dengan faham seperti itu mestinya kan lebih jelas pengawasan dan pembinaannya, saya kira itu lebih baik," tandasnya.
Diketahui, polemik mahasiswi bercadar berawal dari pendataan yang dilakukan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kampus negeri di Yogyakarta itu secara terang-terangan mendata dan membina mahasiswi bercadar.
Selain mendata mahasiswi bercadar, pihak UIN Sunan Kalijaga juga membina mahasiswi bercadar melalui konseling.
Pihak UIN mengambil kebijakan ini dengan alasan mencegah radikalisme di kampus. Selain itu, mereka tidak ingin kesulitan dalam persoalan administrasi terutama saat ujian berlangsung di kampus.
"Siapa yang bisa menjamin waktu ujian itu benar dia orangnya, bisa saja kan orang lain (tetapi tidak diketahui karena bercadar)," jelas Rektor UIN Sunan Kalijaga, Yudian Wahyudi kepada wartawan kemarin.(yn)