JAKARTA (TEROPONGSENAYA)--Oman Rochman alias Aman Abdurrahman, terdakwa kasus bom Thamrin memberikan pandangannya soal rentetan peledakan bom di Surabaya. Ia tidak setuju dengan tindakan yang dilakukan pelaku, terlebih melibatkan anak-anak.
"Kejadian (bom bunuh diri) ibu yang menuntun anaknya di pelataran gereja tidak mungkin muncul dari orang yang memahami ajaran Islam. Tidak mungkin muncul dari orang yang sehat akalnya," kata Aman saat menyampaikan nota pembelaan (pledoi) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jumat (25/5/2018).
Begitu juga, kata dia, kejadian seorang ayah yang membonceng anaknya di depan Mapolres Surabaya dan meledakan bom.
"Kejadian di Surabaya itu, orang-orang yang melakukannya, atau merestuinya itu melaksanakan jihad adalah orang-orang yang sakit jiwanya," lanjut Aman.
Namun, Aman mengaku bahwa dirinya memiliki pandangan bahwa pemerintah sebagai kaum kafir. Namun, tidak pernah sekalipun mengimbau para pengikutnya melakukan penyerangan kepada umat lain atau kantor polisi.
Menurut Aman, tindakan itu bertentangan dengan dalil Alquran dan hadis Nabi Muhammad SAW. Jikapun ada pengikutnya yang ingin berjihad, Aman mengimbau berjihad langsung di Suriah. Hingga saat ini, sudah banyak muridnya yang pergi ke sana.
Pada 13-14 Mei 2018, lima insiden ledakan terjadi di Surabaya. Pada Minggu (13/5) bom bunuh diri di tiga gereja berbeda, yakni Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di wilayah Ngagel, GKI Wonokromo Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta di Jalan Raya Arjuno.
Kemudian, Minggu malam sekitar pukul 20.00 WIB bom meledak di Rusunawa Blok B lantai 5 Kelurahan Wonocolo, Kabupaten Sidoarjo, serta pada Senin (14/5) pagi pukul 08.50 WIB bom meledak di pintu masuk Mapolrestabes Surabaya.(yn)