JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Gatot Nurmatyo mengajak masyarakat khususnya generasimilenial pengguna sosial media (sosmed), dengan baik dan bijak demi menjaga persatuan bangsa.
Hal ini disampaikan Gatot ketika menghadiripengajian ramadhan yang digelar oleh Pemuda (PP) Muhammadiyah bertema “Keadaban digital: Dakwah Pencerahan Zaman Milenial”,di Kampus, Universitas Uhamka, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Senin, (28/5/2018).
Dihadapan ratusan peserta, Gatot begitu ia disapa, mengatakan, agar pengguna sosial media dapat merujuk surat Al-Hujarat ayat 6, 11 dan 12 jika ingin menggunakan sosial media.
Dalam surat tersebut, Gatot yang dikenal dekat dengan ulama ini menjelaskan, bahwa masyarakat harus dapat tabayun (klarifikasi), melarang untuk mencela, menghina dan merendahkan orang lain serta bisa menghindari prangsangka dan gibah (membuka aib sesama Muslim).
"Dengan begitu, kita dapat menggunakan sosial media dengan bijak agar kita termasuk dalam orang-orang yang beruntung," ujar Gatot.
Gatot mengatakan, semua postingan di sosial media harus dapat diubah dengan sifat yang mencerahkan dan bisa dipertanggungjawabkan.
Selain itu, tidak boleh juga bertentangan dengan ajaran agama serta norma sosial dan etika ke Indonesia-an untukmewujudkan soliditas.
Dalam kesempatan ini, Gatot juga menyinggung masalah persatuan agar tidak sampai terkoyak. Menurutnya, persatuan Islam dan nasionalis mampu melahirkan Negara kesatuan republik Indonesia.
“Nah sekarang semua tergantung kita bersatu kembali separti memperjuangkan kemerdekaan dengan semboyan Merdeka atau mati. Saya katakan itu lantaran semakin kesini jurang semakin terpisah. Namun kalau kita kembali ke masa nuansa kemerdekaan maka kita akan bersatu. Persatuan umat Islam dan nasionalis akan membawa kejayaan dan kebangkitan untuk negeri”, terang Gatot.
Gatot juga mengingatkan, bahwa persatuan lahir karena dialog tanpa henti dan kesadaran kuat untuk hidup bersama.
Hal ini untuk menjamin adanya keadilan dan kepastian hukum dan semua hukum itu untuk manusia. Dengan menegakan hukum secara profesional dan proporsional mempertimbangkan kearifan lokal serta menghamba pada hati nurani.
"Indonesia yang merupakan negara dengan umat muslim terbanyak dan menjadi contoh negara-negara lain soal beragama malah tidak bersatu. Coba saja partai-partai Islam bersatu negeri ini pasti akan menjadi pemenang," tegas dia.
“Mari luruskan syaf dan rapatkan barisan dalam upaya menjaga Indonesia. Kita jangan memikirkan presiden dan wakil presidennya, tetapi bagaimana cara koalisi umat yang buat rakyat Indonesia ini menang. 'Satukan Hati Untuk Indonesia'," tutup Gatot. (Alf)