LAMPUNG BARAT (TEROPONGSENAYAN)--Lemang, merupakan kuliner tradisonal khas Lampung Barat (Lambar) yang disajikan pada saat-saat istimewa. Di acara pernikahan, hari raya dan lain sebagainya,suguhan Lemang dan secangkir robusta menjadi menu utama para tetamu dan sanak keluarga yang bersilaturahmi. Penganan bakar nan gurih perpaduan ketan dan santan ini wajib dinimakti bila berkunjung ke Lambar.
Bagi masyaratakat Lambar, tradisi Ngelemang (memasak lemang) bukan hanya sebatas pada acara masak memasak saja. Ada makna historis dan filosofis yang terkandung dalam Ngelemang. LewatLemang, para leluhur mengajarkan nilai-nilai "Beguai Jejama", budaya gotong royong dalam bermasyarakat. Sebuah media edukasi yang menarik, tepat dan efektif. Luar biasa bukan?
Lemang sendiri lahir dari proses rumit dan panjang. Dalam proses produksi nya, dibutuhkan kerjasama dan tenaga banyak orang. Dan hal itu dilakukan sejak proses awal. Mulai dari mengumpulkan bambu, daun pisang, mengolah adonan, memasukan adonan ke dalam bambu dan diakhiri dengan proses pembakaran. Dimana penerapan nilai gotong royong menjadi bagian penting didalam nya.
Kini, seiring berjalan nya waktu, tradisi Ngelemang sudah mulai ditinggalkan. Berbagai hal menjadi penyebabnya. Modernisasi dan infiltrasi budaya asing yang menciptakan manusia hedon dan individualistik dianggap sebagai penyebab utama oleh beberapa pihak. Dan masih banyak lagi penyebab lain nya.
Guna mengatasi hal tersebut, Bupati Lambar Parosil Mabsus bersama jajaranterkait terus melakukan edukasi dan sosialisasi terkait pelestarian adat dan budaya lokal (termasuk kuliner) melalui berbagai media (acara). Dan hal ini dilakukan sejak dini di bangku sekolah dasar, melalui pelajaran muatan lokal. Berbagai Event kebudayaan lokal pun telah dilaksanakan. Bahkan, pemecahan Rekor Muri terkait Ngelemang pun sudah dilakukan.
Parosil sebagai pimpinan mewajibkan staf dan jajaran nya menggunakan penganan lokal, seperti lemang, cucur sebagai suguhan di setiap acara.
"Selain melestarikan Kuliner Lokal, hal ini juga berdampak pada keberlangsungan pelaku usaha nya," ujar Parosil dalam perbincangannya, Minggu (17/6/2018).
Saatmomen Idul Fitri 1439 H ini, saat Ngelemang muncul kembali ke permukaan, di acara open house di Kebun Tebu, Parosilkembali mengenalkan dan menyuguhkan Lemang kepada tamu yang hadir.
Dalam dialognya, Parosilmenyerukan arti penting pelestariaan adat dan budaya lokal kepada tamu yang hadir. Dal hal tersebut, terang dia,dapat terwujud melalui kerja bersama semua pihak. Kolaborasi pemerintah dan warga berlandaskan semangat beguai jejama menjadi fondasi utama nya.
"Bung Karno melalui Trisakti nya mengingatkan kita akan hal itu. Agar kita Berkepribadian dalam bidang Budaya. Bangsa yang besar dapat dilihat dari budaya nya. Jadi kita sebagai pelanjut angkatan wajib melestarikan kearifan loakl," kata Parosilsambil menyodorkan lemang.(yn)