Liwa - Lemang, merupakan kuliner tradisonal khas Lampung Barat yang disajikan pada saat-saat istimewa. Acara pernikahan, hari raya dll suguhan Lemang dan secangkir robusta menjadi menu utama para tetamu dan sanak keluarga yang bersilaturahmi. Penganan bakar nan gurih perpaduan ketan dan santan ini wajib dinimakti bila berkunjung ke Lambar. Hmm.. jadi kepengin kan..
Bagi masyaratakat Lambar, tradisi Ngelemang (memasak lemang) bukan hanya sebatas pada acara masak memasak saja. Ada makna historis dan filosofis yang terkandung didalam nya (Ngelemang). Ya, melalaui Lemang, para leluhur mengajarkan nilai-nilai "Beguai Jejama", budaya gotong royong dalam bermasyarakat. Sebuah media edukasi yang menarik, tepat dan efektif. Luar Bisasa bukan?
Lemang sendiri lahir dari proses rumit dan panjang. Dalam proses produksi nya, dibutuhkan kerjasama dan tenaga banyak orang. Dan hal itu dilakukan sejak proses awal. Mulai dari mengumpulkan bambu, daun pisang, mengolah adonan, memasukan adonan ke dalam bambu dan diakhiri dengan proses pembakaran. Dimana penerapan nilai gotong royong menjadi bagian penting didalam nya.
Kini, seiring berjalan nya waktu, tradisi Ngelemang sudah mulai ditinggalkan. Berbagai hal menjadi penyebab nya. Modernisasi dan infiltrasi budaya asing yang menciptakan manusia hedon dan individualistik dianggap sebagai penyebab utama oleh beberapa pihak. Dan masih banyak lagi penyebab lain nya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Pemkab Lambar bersama pihak terkait terus melakukan edukasi dan sosialisasi terkait pelestarian adat dan budaya lokal (termasuk kuliner) melalui berbagai media (acara). Dan hal ini dilakukan sejak dini di bangku sekolah dasar, melalui pelajaran muatan lokal. Berbagai Event kebudayaaan lokal pun telah dilaksanakan. Bahkan, pemecahan Rekor Muri terkait Ngelemang pun sudah dilakukan.
Bupati sebagai kepala daerah diberbagai kesempatan selalu mengkampanyekan arti penting pelestarian budaya lokal. Baik di lingkungan internal Pemkab maupun eskternal (masyarakat). Dan hal itu sudah dimulai nya di lingkungan Pemkab Lambar. Parosil Mabsus sebagai pimpinan mewajibkan staf dan jajaran nya mengunakan penganan lokal (Lemang, cucur dll) sebagai suguhan disetiap acara. "Selain melestarikan Kuliner Lokal, hal ini juga berdampak pada keberlangsungan pelaku usaha nya," ujar nya.
Di momen Idul Fitri 1439 H ini, saat Ngelemang muncul kembali ke permukaan, di acara Open House di Kebun Tebu, PM kembali mengenalkan dan menyuguhkan Lemang kepada tamu yang hadir. Dalam dialog nya, beliau menyerukan arti penting pelestariaan adat dan budaya lokal kepada tamu yang hadir. Dal hal tersebut dapat terwujud melalui kerja bersama semua pihak. Kolaborasi pemerintah dan warga berlandaskan semangat beguai jejama menjadi fondasi utama nya.
"Bung Karno melalui Trisakti nya mengingatkan kita akan hal itu. Agar kita Berkepribadian dalam bidang Budaya. Bangsa yang besar dapat dilihat dari budaya nya. Jadi kita sebagai pelanjut angkatan wajib melestarikan kearifan loakl," kata PM sambil menyodorkan lemang. (*)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #lampung