TURKI (TEROPONGSENAYAN) --Penghitungan suara hasil Pemilu Turki, Senin (25/6/2018) dini hari, masih berlangsung.
Berdasarkan penghitungan sementara, Calon Presiden petahana Recep Tayyip Erdogan mengungguli saingan utamanya, Muharrem Ince dari sepertiga total jumlah kertas suara, atau sekitar24 persen suara yang sudah dihitung.
Sebagaimana dilansir BBC, untuk sementara Erdogan memperoleh 59 persen suara. Sedangkan saingan terdekatnya Muharrem Ince,dari Partai Rakyat Republik sekuler (CHP)mengantongi 27 persen suara.
Sementara di posisi selanjutnya ada Meral Aksener dari Partai Goodis nasionalis yang mendapatkan 7,69 persen suara dan Selahattin Demirtas dari Partai Demokrasi Rakyat (HDP) yang pro-Kurdi mendapatkan 5,56 persen suara.
Jika Erdogan memperoleh lebih dari 50% total suara, maka ia akan dinyatakan sebagai pemenang dan tidak perlu pemungutan suara putaran kedua.
Sebanyak 60 juta rakyat Turki mempunyai hak pilih dan dapat memberikan suara mereka sebanyak dua kali mulai pukul 08.00 waktu setempat. Satu suara untuk pemilihan legislatif, lainnya untuk pemilihan presiden.
Diketahui, dalam pemilu ini total ada 59,39 juta pemilih yang terdaftar dalam pemilu tahun ini. Jumlah itu termasuk 3,047 juta pemilih di luar negeri.
Sebanyak 180.065 kotak suara telah disebar ke 81 provinsi di Turki. Sedangkan total 3.160 kotak suara disediakan di sekitar 123 misi diplomatik Turki di sebanyak 51 negara.
Untuk diketahui, pada pemilihan presiden Turkiini, Erdogan memang merupakan sosok yang diprediksi bakal menang. Namun, dia menghadapi persaingan ketat dari kandidat Partai Republik Rakyat (CHP), Muharrem Ince.
Apa yang dikatakan kedua kandidat? Baik Erdogan maupun rival utamanya, Muharrem Ince, sama-sama menggelar pawai besar-besaran pada Sabtu (23/6/2018). Di hari terakhir kampanye itu keduanya bahkan sempat saling tuding bahwa lawannya tidak pantas memimpin Turki.
Ince, yang kampanyenya telah menggalang kembali kekuatan oposisi, berjanji membuat Turki tidak terperosok ke dalam kekuasaan otoriter di bawah Erdogan.
"Jika Erdogan menang, ponsel-ponsel Anda akan terus dikupingi… Ketakutan akan kembali berjaya. Jika Ince menang, pengadilan akan independen," cetusnya di hadapan sekitar sejuta orang di Istanbul.
Ince juga mengatakan bahwa jika dirinya terpilih, dia akan mencabut status darurat dalam 48 jam. Status darurat yang diterapkan Erdogan saat terjadinya kudeta membuat pemerintah dapat melangkahi parlemen.
Di lain pihak, Presiden Erdogan, yang menjabat perdana menteri selama 11 tahun sebelum menjabat presiden pada 2014, cenderung menggunakan metafora dalam kampanyenya.
"Apakah kita akan memberikan mereka tamparan Ottoman (teknik untuk menjatuhkan seseorang) besok?" katanya.
Dia menuduh Ince, mantan guru dan anggota parlemen selama 16 tahun, tidak punya keahlian untuk memimpin.
"Satu hal untuk menjadi guru fisika, tapi beda lagi untuk memimpin negara. Menjadi presiden perlu pengalaman," sindirnya.
Erdogan kemudian berjanji kepada para pendukungnya untuk menciptakan proyek infrastruktur besar untuk mendorong ekonomi jika dia kembali terpilih memimpin Turki.(BBC/Alf)