Berita
Oleh Syamsul Bachtiar pada hari Rabu, 15 Agu 2018 - 16:04:38 WIB
Bagikan Berita ini :

IHSG dan Rupiah Melemah, DPR: Jangan Salahkan Krisis Turki

3heri-gunawan.jpg.jpg
Heri Gunawan (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Rupiah dan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) turun bersamaan, di mana rupiah mencapai lebih dari Rp 14.583 dan IHSG turun 3,55 persen dari 6 ribuan menjadi 5.861,246.

Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi XI DPR RI, Heri Gunawan mengatakan, Rupiah dan IHSG adalah dua hal yang saling berpengaruh.

"IHSG hanya bisa stabil jika rupiah berhasil dijaga. Tapi begitu rupiah melemah, IHSG juga akan ikut terkoreksi," kata Heri saat dihubungi di Jakarta, Rabu (15/08/2018).

Menurutnya, Pelemahan rupiah dan IHSG bukan melulu faktor eksternal. Untuk diketahui, terang dia, current account deficit (CAD) Indonesia di kuartal II 2018 melebar menjadi 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Belum lagi cadangan devisa turun ke angka USD 118,3 miliar pada akhir Juli 2018.

"Ini jelas mempengaruhi respon global terhadap pasar dan nilai tukar kita. Menyusul kemudian IHSG," ungkap Politisi Gerindra itu.

Diakuinya, Krisis mata uang Lira di Turki, sedikit-banyak, turut berpengaruh terhadap penurunan IHSG walaupun sifatnya hanya sementara.

"Tapi, kita tak perlu kuatir jika fundamental kita bagus. Masalahnya adalah fundamental kita juga tidak bagus-bagus amat, sehingga muncul sentimen negatif pasar terhadap kemungkinan munculnya efek domino di negara-negara emerging market, termasuk Indonesia," ungkap Heri.

Menurutnya, ada semacam kekuatiran bahwa krisis Turki itu akan merambat ke Eropa dan bahkan global, termasuk negara-negara emerging market seperti Indonesia. Pasalnya, depresiasi mata uang Turki menembus angka 40 persen.

"Lebih dari itu, sebetulnya masalah besar kita ada pada pengelolaan internal yang keliru yang dikenal dengan istilah account defisit, primary balance defisit, service payment defisit," tandas Legislator dari dapil Jabar IV itu.

"Kalau ketiga hal tersebut bisa dikelola dengan baik, maka kita tak perlu kuatir berlebihan terhadap gejolak global," imbuhnya.

"Terbukti, dengan dirilisnya defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2018 yang melebar hingga 3 persen dari PDB serta Neraca Pembayaran Indonesia yang defisit 43 miliar dollar AS memicu sentimen negatif di pasar," pungkasnya.(yn)

tag: #rupiah  #turki  #ekonomi-indonesia  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement