JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Aktivis 98 sekaligus politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu membeberkan perbedaan aktivis 1998 dengan era sekarang.
Menurutnya, gerakan mahasiswa yang menuntut Jokowi mundur dari jabatannya merupakan tindakan yang tidak didasari pemahaman sejarah yang utuh.
"Aktivis 1998 menuntut turun Jenderal yang berkuasa 32 tahun. Aktivis 2018 menuntut turun tukang kayu yang baru berkuasa 4 tahun. Aktivis 1998 meminta Soeharto turun karena dalam satu tahun dolar naik 572 persen. Aktivis 2018 meminta Jokowi turun sementara dalam satu tahun Dollar hanya naik 16 persen," kata Adian kepada wartawan di Jakarta, Jumat (14/9/2018).
Tak hanya itu, ungkap dia, Aktivis 1998 menuntut Soeharto turun karena UMR Jakarta satu bulan hanya senilai 69 kg beras.
"Aktivis 2018 menuntut Jokowi turun padahal dengan UMR Jakarta satu bulan saat ini mampu membeli 364 kg beras," terangnya.
Aktivis 98, kata Adian, menuntut Soeharto turun lantaran upah minimum regional (UMR) Jakarta satu bulan hanya senilai 160 liter Premium.
"Aktivis 2018 menuntut Jokowi turun padahal hari ini UMR Jakarta satu bulan senilai 556 liter Premium," tandasnya.
Ditegaskannya, aktivis 98 menuntut Soeharto turun karena 6 kali menjadi calon tunggal dalam 6 kali pemilu 6 kali ditetapkan MPR.
"Aktivis 2018 menuntut Jokowi turun sementara Jokowi bukan calon tunggal dan di pilih langsung oleh Rakyat," sindirnya.
Diungkapkannya lagi, aktivis 1998 menuntut Soeharto turun tanpa dukungan elite politik.
"Aktivis 2018 di salah satu perguruan tinggi menuntut Jokowi turun 1 minggu setelah didatangi Cawapres oposisi," tudingnya.
"Aktivis 1998 menuntut Soeharto turun karena memiliki harta 30 miliar dolar atau setara dengan Rp 443 triliun. Aktivis 2018 menuntut Jokowi turun sementara harta Jokowi Rp 50 miliar," tambahnya.
Menurutnya, masih banyak perbandingan yang tak bisa disebutkan semuanya.
"Ini tidak bermaksud menggurui apa lagi menghakimi. Anggaplah Ini sekedar berbagi cerita sejarah sebagai perbandingan," ujarnya.
Ia menyatakan, sejarah mengajarkan bahwa setiap generasi memiliki masalahnya sendiri dan setiap generasi akan membuat prestasi sejarahnya sendiri.
"Bila aktivis 1998 menurunkan Soeharto semoga aktivis 2018 tidak dimanfaatkan politisi untuk menjadi alat menantu Soeharto yang juga ayah kandung dari cucu Soeharto kembali berkuasa. Semoga," sindir Adian.(yn)