Opini
Oleh Dr Ahmad Yani, SH., MH (Mantan anggota Komisi III DPR RI) pada hari Sabtu, 16 Feb 2019 - 22:04:36 WIB
Bagikan Berita ini :

Istilah "Perang Total" Sinyal Dari Moeldoko Akan Kalahkan Jokowi

tscom_news_photo_1550329476.jpg
Jokowi (Sumber foto : Ist)

PIDATO PERANG TOTAL ialah pidato terkenal yang disampaikan Joseph Goebbels pda tgl 18 Februari 1943, ketika Jerman Nazi mulai mengalami kekalahanPerang Dunia II.

Pak Moeldoko menggunakan istilah PERANG TOTAL itu, justru memperlihatkan bahwa dalam kalkulasi internal TKN, Jokowi kalah.

"Kita akan menggunakan istilah perang total" kata Pak Moeldoko. Berarti ia sedang meyakinkan, meskipun mereka sudah tahu akan kalah, tetapi masih ada sisa amunisi meskipun kecil kemungkinan utk memperbaiki keadaan dan memulihkan situasi.
Perang total adalah istilah bagi pasukan perang yg sekarat, sebagai bentuk penyelamatan muka dan harga diri dari kekalahan.

Pengambilan kata perang total oleh Goelbez ketika Nazi sudah menghadapi situasi sulit. Apakah tim Pak Jokowi sudah menghadapi situasi sulit itu?

Menurut saya iya, karena dimana-mana kejatuhan elektabilitas semakin curam, namun memperbaikinya semakin sulit dalam waktu yg sempit.

Maka perang total adalah ibarat "ayam yang digorok lehernya dibawah terik matahari". Dengan leher yang tertarik itu ia lari untuk mencari tempat yang tidak kena sinar matahari, tapi bukan menunda kematian ayam itu.

Tidak heran ada partai yg mulai cuci tangan dari kekuasaan Jokowi. Karena mereka tdk ingin sama2 runtuh dan bangkrut dgn seorang Jokowi. Mereka hrs cari selamat. Ancaman Parlementary Threshold dan efek elektabilitas Jokowi yg tergerus merupakan kebangkrutan bgi partai pengusung.

Jangan heran apalagi kaget, akhir-akhir ini pak Jokowi kelihatan jengkel dan marah. Beliau marah karena timnya tidak memberikan efek electoral bagi beliau, tapi untuk menghindari perpecahan, beliau harus mengarahkan emosi itu ke lawan politik.

Sebaliknya BPN sampai sejauh ini telah berhasil meyakinkan masyarakat tentang sosok Pak Prabowo dan Sandi. Meskipun isu pribadi menghantam, namun masyarakat sudah tdk percaya. Karena janji pak jokowi yang banyak diingkari lebih berbahaya ketimbang membicarakan pribadi prabowo.

Demikianlah kekuasaan yang didapat dengan kepalsuan akan berakhir dengan memalukan. Maka jadilah otentik, agar tidak menjadi duri dalam daging bagi bangsa.

Sabtu, 16 Februari2019 (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #jokowi  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Membedah Konsep Pasar Bebas ala Neoliberalisme

Oleh Darmadi Durianto Anggota Komisi VI DPR RI Dari Fraksi PDIP
pada hari Minggu, 19 Jan 2025
Para penganut paham neoliberalisme menganggap bahwa kebebasan absolut (tanpa intervensi) negara menjadi kunci kemajuan ekonomi sebuah bangsa. Dengan kata lain, sebisa mungkin peran negara jangan ...
Opini

Umat terpecah, "katanya"

Ada sebuah dongeng tua tentang seekor keledai yang mati kelaparan karena tidak bisa memutuskan akan memakan jerami di kiri atau di kanan. Cerita ini, meskipun konyol, seringkali teringat ketika kita ...