Oleh Cak AT (Ahmadie Thaha) pada hari Sabtu, 11 Jan 2025 - 17:42:53 WIB
Bagikan Berita ini :

Revolusi Zhen Feng

tscom_news_photo_1736592173.jpg
(Sumber foto : )


Pernahkah Anda mendengar istilah "cut and paste"? Biasanya, ini berkaitan dengan pekerjaan dokumen, tetapi berkat Zhen Feng, seorang ilmuwan gene-editing asal Tiongkok-Amerika, kita kini bisa memotong dan menempel gen seperti mengedit paragraf.

Jika Anda berpikir ini terdengar seperti film fiksi ilmiah, Anda tidak salah. Namun, Zhen Feng telah menjadikan ini kenyataan melalui teknologi revolusioner CRISPR-Cas9, yang membuat dirinya diganjar berbagai penghargaan termasuk National Medal of Technology and Innovation, penghargaan teknologi tertinggi Amerika Serikat.

Sebelum memahami penemuan CRISPR-Cas9, mari kita bahas sedikit tentang gen. Gen adalah unit dasar dari pewarisan sifat dalam makhluk hidup. Bisa dibilang, gen adalah "resep" yang menentukan bagaimana tubuh kita terbentuk dan berfungsi. Gen tersusun dari DNA, yaitu molekul yang menyimpan semua informasi genetik.

Dalam tubuh manusia, gen menentukan segala hal, mulai dari warna mata hingga kerentanan terhadap penyakit tertentu. Dengan CRISPR-Cas9, seorang ilmuwan dapat mengedit gen —artinya, mereka bisa "memotong" bagian DNA tertentu yang dianggap bermasalah dan menggantinya dengan DNA yang sehat.

Bayangkan jika gen yang menyebabkan penyakit seperti kanker bisa diperbaiki sebelum berkembang, kanker bisa dicegah. Dengan teknologi ini, ilmuwan di masa depan memiliki alat untuk mengubah "resep" genetik, sehingga bisa menyembuhkan penyakit yang sebelumnya dianggap tak tersembuhkan.

Penemuan ini seperti menemukan gunting presisi yang dapat mengedit huruf-huruf dalam buku kehidupan kita. Namun, di sinilah tantangan moral muncul: apakah kita hanya menggunakannya untuk menyembuhkan penyakit, atau melangkah lebih jauh, seperti merancang bayi dengan kecerdasan tinggi atau penampilan tertentu?

Lahir di Hebei, Tiongkok pada tahun 1981, Zhen Feng membawa mimpi besar ketika pindah ke Iowa bersama ibunya saat berusia 11 tahun. Ia tidak pernah menyangka bahwa inspirasi dari film Jurassic Park akan mengubah dunia.

Setelah lulus dari Harvard dan Stanford, Feng menjadi profesor di MIT pada usia 34 tahun dan mulai mengeksplorasi potensi CRISPR-Cas9. Teknologi ini memungkinkan ilmuwan memotong DNA secara spesifik, seperti mengganti huruf dalam mesin ketik genetika manusia.

Sebetulnya, CRISPR-Cas9 sudah ditemukan sejak 2012 oleh Jennifer Doudna dan Emmanuelle Charpentier. Namun, Feng-lah yang mengembangkan aplikasinya pada sel mamalia, membuka jalan untuk pengobatan penyakit genetik seperti kanker, diabetes tipe 1, dan anemia sel sabit.

Tak heran ia dihujani penghargaan seperti Alan T. Waterman Award dan Albany Medical Centre Prize, selain National Medal of Technology and Innovation, menjadikan dirinya rock star dalam dunia sains. Bahkan disambut layaknya selebriti saat tampil di Peking University seperti di foto-foto yang beredar.

CRISPR-Cas9 adalah harapan besar umat manusia. Dalam bidang kesehatan, teknologi ini memungkinkan kita memodifikasi gen untuk menyembuhkan penyakit kronis. Bayangkan saja, anak-anak yang lahir dengan kelainan genetik dapat diobati sebelum gejalanya muncul, membuat si anak tumbuh normal.

Di bidang pertanian, gen tanaman dapat dioptimalkan untuk menghasilkan panen lebih besar dan, konon katanya, tahan terhadap perubahan iklim. Bahkan, teknologi ini memiliki potensi untuk memperpanjang rentang hidup manusia —bukan hanya hidup lebih lama, tetapi hidup lebih sehat.

Dengan segala capaian ini, penghargaan untuk Feng menjadi sangat layak. Pemerintah AS bahkan mengakui bahwa inovasinya telah meningkatkan kualitas hidup dan memperkuat ekonomi negara.

Namun, seperti pedang bermata dua, CRISPR-Cas9 juga menghadirkan tantangan besar. Bayangkan jika teknologi ini jatuh ke tangan yang salah. Kita berbicara tentang kemungkinan munculnya bayi hasil rekayasa genetik yang dirancang untuk kecerdasan atau kecantikan. Apa yang terjadi jika ini mengarah ke diskriminasi genetik? Atau, lebih buruk lagi, digunakan untuk menciptakan senjata biologis?

Selain itu, intervensi genetik yang tidak sempurna bisa menimbulkan mutasi tak terduga. Meskipun Feng berusaha memastikan keamanan teknologi ini, para ilmuwan di seluruh dunia memperingatkan tentang risiko yang belum sepenuhnya dipahami.

Meski ada kekhawatiran, satu hal yang tak bisa disangkal: Feng telah membuka era baru dalam sains. Penghargaan yang ia terima bukan hanya penghormatan terhadap intelektualitas, tetapi juga pengakuan atas dampak positif teknologi ini terhadap umat manusia. Dari penyakit mematikan hingga ancaman kelaparan global, CRISPR-Cas9 menawarkan solusi revolusioner.

Namun, seperti kata pepatah, “With great power comes great responsibility.” Dunia kini memandang Feng tidak hanya sebagai pionir teknologi, tetapi juga penjaga moral atas apa yang mungkin menjadi salah satu penemuan paling transformatif dalam sejarah umat manusia.

Jadi, apakah Anda siap untuk dunia di mana kita bisa mengedit masa depan? Ataukah kita harus berhenti sejenak untuk bertanya: Apakah mengedit gen, seperti halnya bayi tabung, tidak melampaui wilayah yang menjadi hak Tuhan?

Cak AT - Ahmadie Thaha
Ma"had Tadabbur al-Qur"an,11/1/2025

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

Kontribusi Marimutu Sinivasan: Jejak Emas di Ekonomi dan Inovasi Indonesia

Oleh Ariady Achmad
pada hari Sabtu, 11 Jan 2025
Jakarta, 11 Januari 2025 – Dalam perjalanan panjang Indonesia sebagai negara berkembang, ada sosok-sosok visioner yang menjadi motor penggerak kemajuan ekonomi dan industri. Salah satunya ...
Opini

Angin pun Dia Lawan

Jangan percaya ocehan Donald Trump yang satu ini. Seolah menjadikan turbin angin sebagai musuh bebuyutannya, ia mengklaim bahwa suara turbin angin bisa menyebabkan kanker. Entah bagaimana ia tiba ...