JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Komisi IV DPR RI mempertanyakan melambungnya harga bawang putih di bulan Ramadan dan mendekati hari raya Idul Fitri yang mencapai angka Rp 120 ribu per kilogramnya. Lonjakan harga ini dinilai bisa mengancam sistem ekonomi nasional.
Ketua Komisi IV DPR RI Edhy Prabowo mengakui, hal ini memang bukan pertama kali terjadi. Padahal Indonesia membeli bawang putih di luar negeri, hanya sekitar 1 dollar Amerika Serikat (kurs Rp 14.400 per 1 dollar AS). Kalau 1 dollar AS menjadi Rp 120 ribu, itu hampir 10 kali lipatnya.
"Apakah sistem komunikasi atau sistem pembinaan perdagangan ke pengusaha Indonesia seperti ini yang kita harapkan. Walaupun kita produsen, mengurusi produksi kita juga punya kewajiban. Sebagai produsen kita juga tidak mau tiba-tiba harga yang kita jual melonjak 10 kalinya di pasaran, ini akan membunuh sistem ekonomi kita sendiri," kata Edhy di Jakarta, Kamis (15/5/2019).
Menurut politisi Partai Gerindra itu, untuk jangka panjang hal ini juga tidak akan mempertahankan keberlangsungan. Sebab, konsep utama dari berdagang adalah sustinable atau keberlangsungan.
Untuk itu, ia mengusulkan agar ke depan Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian dalam memberikan Rekomendasi Impor Produk Holtikultura (RIPH) kepada pengusaha, dicantumkan kontrak agar tidak mempermainkan harga.
"Pasalnya, jika dinaikkan harga menjadi Rp 40 ribu saja per kilogramnya, artinya sudah naik lebih dari tiga kali lipat dari harga beli di negara asalnya. Bagi masyarakat Indonesia, bawang putih ini sejatinya menjadi salah satu produk yang paling dinikmati. Tanpa bawang putih, makanan bagi masyarakat Indonesia masih terasa kurang," jelasnya. (plt)