PONTIANAK (TEROPONGSENAYAN)--Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan berdampak serius terhadap bisnis perhotelan. Tamu ramai-ramai membatalkan pesanan di kota-kota terdampak asap.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kalimantan Barat Yuliardi Qamal mengakui penurunan hunian kamar. Menurut dia, kabut asap yang terus pekat dalam beberapa hari ini sudah berdampak pada penurunan tingkat hunian hotel yang ada di provinsi tersebut.
“Dari informasi anggota kami bahwa sejumlah tamu dari beberapa rombongan yang akan ke Kalimantan Barat harus batal karena kabut asap. Nah, itu tentu mempengaruhi tingkat hunian,” ujarnya di Pontianak, Selasa (17/9/2019).
Yuliardi menjelaskan, jika hal ini terus berlanjut, maka bisa jadi penurunan tingkat hunian bisa mencapai hanya 20 persen dari biasanya.
“Kegiatan di hotel bukan hanya orang Kalimantan Barat namun dari luar juga. Belum lagi orang yang akan berwisata ke sini tentu batal, karena kabut asap,” jelas dia.
Apalagi, kata dia, untuk menuju Kalimantan Barat menggunakan transportasi udara pasti terganggu. Saat ini penerbangan dari maupun ke Kalimantan Barat ada yang batal dan tertunda.
“Bagaimana orang mau ke Kalimantan Barat kalau transportasi berupa pesawat tidak bisa berangkat atau datang ke sini. Hal itu sangat berkaitan erat dengan kami dari perhotelan. Orang sedikit ke Kalimantan Barat, otomatis tingkat hunian turun,” jelas dia.
Bisnis perhotelan di Riau juga bernasib serupa. Ketua Pehimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Pekanbaru, Nofrizal menyebutkan tingkat hunian hotel di Kota Pekanbaru mengalami penurunan 20 persen akibat kabut asap melanda daerah itu sejak dua bulan terakhir.
"Asap melanda Kota Pekanbaru dan sekitar cukup parah dan lama. Bahkan bisnis hotel akan semakin anjlok bisa mencapai 40 persen lebih jika kabut asap melanda daerah ini makin panjang dan parah," kata Nofrizal.
Menurut Nofrizal, menurunnya tingkat hunian hotel di Pekanbaru lebih karena maskapai penerbangan menunda jadwal penerbangan. Dampaknya banyak tamu yang ingin datang dari luar daerah dan luar Provinsi Riau memilih untuk menunda keberangkatannya.
Ia mengatakan, bagi tamu yang ingin mengunjungi Kota Pekanbaru, Provinsi Riau lebih memilih untuk menunda keberangkatan mereka untuk menjaga kesehatannya. Apalagi saat asap makin pekat dan berbahaya bagi kesehatan.
"Kendati demikian memang ada sejumlah warga Kota Pekanbaru yang menginap di hotel untuk menghindari asap, namun itu jumlahnya tidak banyak karena sewa hotel mahal. Selain itu mereka justru memilih pergi meninggalkan Kota Pekanbaru menuju Sumbar atau Medan," katanya.
Ia menekankan, jika kabut asap ini tidak kunjung dituntaskan dan tetap berada pada kondisi yang semakin parah, maka dapat pertumbuhan ekonomi Riau akan terganggu dan sejumlah usaha mengalami penurunan omset.
Nofrizal menyebutkan, sejumlah usaha dagang, jasa, dan industri dan yang mendapat imbas langsung dari aktivitas pengunjung hotel kini mengalami penurunan omset. (plt/ant)