JAKARTA (TERAOPONGSENAYAN) – Untuk mengurangi beban masyarakat akibat wabah COVID-19, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan stimulus ekonomia senilai Rp405,1 triliun. Bentuknya antara lain, pembebasan tarif listrik untuk pelanggan 450 kv (kilovolt) dan diskon 50% untuk pengguna listrik 900 kv.
Pemberian stimulus itu lebih banyak ditujukan untuk orang miskin, dan tak satupun menyentuh kelas menengah. Sehingga dikawatirkan ini bakal merugikan kelas menengah. Menurut peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara, yang paling terdampak COVID-19, tak hanya orang miskin, melainkan juga kelas menengah – baik yang rentan miskin atau kelas ekonomi bawah yang mau menanjak ke kelas menengah.
Menurutnya, pemerintah cuma fokus pada masalah yang dihadapi oleh orang miskin dan perusahaan, tetapi tidak pada orang yang berada di kelas menengah.
Kalau kita melihat stimulus yang diberikan itu memang terasa kurang sekali dan tidak sensitif terhadap yang rentan miskin," kata Bhima, Minggu (5/4/2020).
Padahal di negara tetangga, Malaysia, perhatian terhadap kelas menengah cukup besar. “Malaysia lebih sensitif menangani isu kelas menengah ini dengan menggratiskan internet yang setara Rp2,2 triliun," ujarnya.
Bhima menjelaskan bahwa pemerintah hanya mengeluarkan tak lebih dari Rp1 triliun untuk membantu meringankan beban kelas menengah. "Karena yang dibutuhkan ini adalah bagaimana caranya mereka tidak jatuh ke jurang kemiskinan karena hilangnya pendapatan dalam 1-2 bulan terakhir pasca Covid-19," tuturnya.