JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Seperti yang dijanjikan sehari sebelumnya, demonstrasi besar-besaran mengecam pembunuhan warga Amerika Serikat (AS) berkulit hitam oleh polisi pun terjadi pada hari Sabtu waktu setempat, minggu ini (7/6/2020).
Di Washington, ibukota AS, ribu orang meneriakkan "Aku tidak bisa bernapas" dan "Angkat tangan, jangan tembak" berdemonstrasi di Lincoln Memorial dan berbaris ke Gedung Putih, istana kepresidenan AS.
Pesan umum yang muncul dalam unjuk rasa di hari itu adalah mengubah kemarahan menjadi gerakan yang lebih luas yang mencari reformasi yang luas dalam sistem peradilan pidana AS dan perlakuannya terhadap minoritas.
"Rasanya seperti saya bisa menjadi bagian dari sejarah dan bagian dari orang yang mencoba mengubah dunia untuk semua orang," kata Jamilah Muahyman, seorang warga Washington yang melakukan protes di dekat Gedung Putih.
Pertemuan akbar di Washington dan diikuti beberapa kota di AS, serta beberapa kota besar di dunia – Inggris, Prancis, Tokyo, Seoul, dan sebagainya – menandakan betapa serius permintaan mereka terhadap keadilan. Di kota-kota kecil seperti kota kelahiranGeorge Floyd juga dilanda demonstrasi.
Dalam menghadapi aksi massa tersebut, pasukan Pengawal Nasional diaktifkan di beberapa negara bagian, dan polisi menggunakan taktik berusaha untuk memberlakukan jam malam yang diberlakukan untuk memadamkan gangguan sipil, yang pada gilirannya mendorong para demonstran membubarkan diri.
Pada hari Minggu pagi, Walikota New York Bill de Blasio mengumumkan bahwa ia akan meberlakukan jam malam seluruh kota sehari lebih awal.
Meski begitu, kemarahan di Minneapolis tetap kuat. Walikota kota menghadapi tantangan para pengunjuk rasa yang marah dan mengejek pada hari Sabtu setelah mengatakan kepada mereka bahwa dia menentang tuntutan mereka untuk mendanai lembaga kepolisian kota.