JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menilai, tingginya upah buruh jadi alasan terbesar investasi Indonesia tidak kompetitif dibanding negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam.
“Tingginya upah tenaga kerja menjadi salah satu pertimbangan investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Padahal, momentum realokasi investasi berbagai negara dari China merupakan peluang saat ini,” kata Bahlil dalam Konferensi Pers via daring, Jumat (12/6).
Data BKPM menyebutkan rata-rata upah minimum tenaga kerja di Indonesia per bulan sebesar Rp 3,93 juta, Malaysia Rp 3,83 juta, Thailand Rp 3,19 dan Vietnam Rp 2,64 juta.
Sementara, rata-rata tingkat kenaikan upah tenaga kerja di Indonesia mencapai 8,7% per tahun. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding Filipina 5,07% per tahun, Malaysia 4,88% per tahun, Vietnam 3,64% per tahun, dan Thailand 1,8% per tahun.
Bahlil menyampaikan satu-satunya harapan agar upah buruh Indonesia bisa bersaing dengan negara lain yakni melalui Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja atau RUU Omnibus Law Cipta Kerja. Hanya saja, isu soal ketenagakerjaan masih jadi pasal yang belum selesai dibahas.
Menurut dia, jika upah buruh dibuat lebih kompetitif maka menciptakan efek domino yang berkelanjutan. Investor asing akan masuk ke dalam negeri dan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Setali tiga uang, bertambahnya tenaga kerja menggenjot konsumsi rumah tangga dan pada akhirnya menyokong pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
“Perlu dipikirkan penciptaan lapangan pekerjaan karena setiap tahun pencari kerja mencapai 2-2,5 juta. Pengangguran 7 juta, sekarang ditambah kena PHK berapa belasan juta pasti menunggu kerja,” kata dia.
Menurut Bahlil dengan kondisi tersebut, berbagai perusahaan dari Amerika Serikat dan Jepang yang segera merelokasi usahanya dari China ke Indonesia jadi berpikir ulang. Namun, beberapa investor masih ada yang melirik dalam negeri terutama di sektor manufaktur, baterai, elektronik, dan otomotif
Teranyar, investor Korea Selatan bakal menanamkan investasinya dalam bentuk pabrikan baterai dengan nilai lebih dari US$ 1,6 miliar. Untuk progresnya saat ini pihaknya tengah mencari lahan, di mana Jawa Tengah jadi salah satu usulan kawasan industri.