Berita
Oleh Alfin Pulungan pada hari Minggu, 09 Agu 2020 - 21:39:45 WIB
Bagikan Berita ini :

Penganiayaan Kelompok Syiah di Solo, SETARA Institute Dorong Pemda Ambil Tindakan Tegas

tscom_news_photo_1596983815.jpg
Lokasi penyerangan tiga warga Solo usai pulang acara midodareni. (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Lembaga Riset Setara Institute yang berfokus pada isu Hak Asasi Manusia mendorong pemerintah daerah Surakarta mengambil tindakan tegas terhadap kelompok intoleran yang mempersekusi kelompok minoritas Syiah di Surakarta.

Pada Sabtu, 8 Agustus 2020 petang hari, sekelompok laskar intoleran dengan memakai penutup kepala membubarkan sebuah acara doa di Mertodranan, Pasarkliwon, Solo, hingga menyebabkan tiga orang mengalami luka-luka karena mendapat penyerangan saat hendak keluar dari rumah korban. Ketiganya akhirnya dilarikan ke rumah sakit.

Laskar yang membubarkan acara tersebut melakukan penyerangan di rumah korban lantaran menganggap kegiatan tersebut berbau syiah. Padahal, pihak keluarga yang dikepalai Umar Assegaf sedang menyelenggarakan kegiatan midodareni, atau doa sebelum pernikahan.

"Setara Institute mendorong pemerintah daerah Jawa Tengah dan Surakarta dalam hal ini, untuk mengambil langkah terukur dan tidak lengah dalam mengantisipasi timbulnya situasi tidak kondusif, yang diakibatkan oleh tindakan intoleran dan melawan hukum yang dilakukan oleh kelompok-kelompok intoleran," kata Direktur Riset Setara Institute Halili Hasan melalui keterangan tertulis kepada TeropongSenayan, Ahad, 9 Agustus 2020.

Halili mengatakan Setara Institute mengutuk segala tindakan yang dilakukan kelompok intoleran terhadap kaum minoritas. Pasalnya, tindakan serupa baru-baru ini juga terjadi di dua wilayah lain. Sebelumnya terjadi pembubaran kegiatan peribadatan terhadap warga Kristen di Cikarang.

Persekusi lain kemudian menyusul berupa penyegelan situs makam yang dibangun komunitas Sunda Wiwitan di Kuningan, Jawa Barat.

"Kini persekusi menimpa sebuah keluarga berlatar Syiah di Surakarta," kata Halili.

Halili mengungkapkan, dalam beberapa riset Setara Institute sebelumnya, data menunjukkan bahwa di Surakarta dan daerah periferal di sekitarnya terdapat beberapa kelompok intoleran.

Halili Hasan


Untuk itu, lembaganya mendesak aparat kepolisian Surakarta melakuan penegakan hukum secara adil atas kejadian yang menimpa keluarga Umar Assegaf. Kepolisan, kata Halili, juga harus memobilisasi sumber daya yang memadai untuk mencegah terulangnya peristiwa serupa.

"Kelompok-kelompok laskar yang secara aktual dan potensial mengganggu keberagaman harus mendapatkan penanganan yang terukur, sesuai dengan prinsip HAM dan demokrasi," tegasnya.

Setara Institute mengingatkan pemerintah bahwa virus intoleransi sama berbahayanya dengan virus Covid-19. Oleh sebab itu, pemerintah mesti mengambil tindakan presisi untuk mencegah penjalaran intoleransi di tengah pandemi.

Sebagaimana diketahui, sekelompok laskar melakukan penyerangan dan penganiyaan terhadap keluarga Umar Assegaf, di Mertodranan, Pasar Kliwon, Surakarta. Sekitar 100 orang yang menamakan diri Laskar Mojo, Kenteng, dan Mojolaban menyerang keluarga yang sedang menyelenggarakan kegiatan midodareni, atau doa sebelum pernikahan yang diikuti oleh sekitar 20 orang.

Laskar berjubah dan menggunakan penutup kepala tersebut menyebut kegiatan keluarga itu sebagai kegiatan keagamaan Syiah. Salah satu pimpinan laskar berteriak: "Allahuakbar, bubar, kafir.” Sebagian yang lain menerikkan: “Syiah bukan Islam, Syiah musuh Islam, darah kalian halal."

Kepala Kepolisian Sektor Pasarkliwon Ajun komisaris Adis Dani Garta menjelaskan kejadian bermula dari adanya acara keluarga di rumah korban. Sekelompok massa tersebut lantas meminta acara tersebut dibubarkan.

Mengetahui kejadian tersebut, Adis menuturkan polisi langsung bergerak menuju lokasi.

Menurutnya, polisi berusaha melakukan pendekatan dan mediasi dengan kedua pihak. Lantaran jumlah massa yang datang cukup banyak, polisi juga merusaha mengevakuasi warga yang ada di dalam rumah tersebut.

Alih-alih berdamai, tiga warga justru kena pukul saat keluar dari rumah itu. Sepeda motor yang dikendarai terjatuh karena diserang oleh massa. Tak berhenti di situ, massa yang sedang geram juga melakukan pemukulan terhadap tiga warga hingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Salah seorang warga yang menyaksikan kejadian tersebut menuturkan, massa yang menggeruduk memang mengira keluarga korban sedang menggelar ritual aliran syiah. "Padahal setahu saya mereka menggelar acara doa untuk persiapan pernikahan," kata warga tersebut.

Kepala Polresta Surakarta Komisaris Besar Andy Rifai yang berusaha melindungi tiga korban tersebut juga sempat mendapat terkan pukulan. "Kena pukul beberapa kali, tapi tidak luka," kata Andy. Massa yang mengeruduk tempat itu lantas pergi setelah ada korban yang terluka.

Menurutnya, saat ini polisi tengah berada di lapangan untuk melakukan pengejaran terhadap para pelaku. Dia mengaku mendapat dukungan dari sejumlah pihak untuk mengusut kasus intoleran itu hingga tuntas. "Kami akan menindak tegas," katanya.

tag: #minoritas  #syiah  #persekusi  #solo  #setara-institute  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement