Bisnis
Oleh Rihad pada hari Selasa, 29 Sep 2020 - 22:32:50 WIB
Bagikan Berita ini :

Presdir BCA: Digitalisasi Perbankan Sudah Keharusan

tscom_news_photo_1601393439.png
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Jahja Setiaatmadja (Sumber foto : Ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Jahja Setiaatmadja menuturkan digitalisasi perbankan menjadi suatu keharusan di saat pandemi Covid-19. Hal ini disampaikan Jahja dalam webinar bertajuk Traditional Banks VS Challenger Bank in The Era of The New Normal, Selasa (29/9/2020).

Jahja menuturkan, pada awalnya, BCA yang sudah lama melintang di bisnis bank tradisional menghadapi tantangan untuk bertransformasi ke digital. "Tapi mau tidak mau, suka atau tidak suka kita harus melakukan hal itu, karena kalau tidak digital kita juga akan tidak terpakai," kata Jahja.

Meski demikian, kata dia, era digitalisasi perbankan atau open banking juga menghadapi masalah baru seperti pembaruan sistem dan layanan yang akan terus mengikuti perkembangan.

"Sebagai bank akan selalu terjadi permasalahan karena kita harus terus upgrade sistem. Di situ ada risiko gangguan internal eksternal termasuk kesulitan nasabah dalam memahami perubahan sistem," kata dia.

Sementara itu, di era normal baru, Jahja menyebut terjadi perubahan perilaku dan ketidakpastian ekonomi. Oleh karena itu, perbankan harus menyesuaikan perubahan itu. Misalnya saja, karena pertimbangan protokol kesehatan, BCA pun melakukan kegiatan pameran secara daring dari yang sebelumnya dilakukan secara fisik. "Kita dengan Covid gak bisa jualan, akhirnya bisa membuat virtual expo di mana nasabah bisa eksplor. Kalau dulu expo harus secara fisik. Ini salah satu terobosannya," ujar Jahja.

Jahja Setiaatmadja mengatakan posisi kerja back office akan hilang karena transformasi digital. Namun, ia menegaskan perusahaan tidak akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada para staf back office.

"Kami mengalami sekali dulu di BCA, back office bisa ratusan, ini yang kemarin timbul isu waduh akan ada PHK, tidak kami tidak ada PHK mereka kami akan coba transformasi. Tetapi, kerjaannya itu hilang, kerjaan back office hampir di setiap cabang itu hilang," ujarnya.

Sebagai gambaran, tugas back office sendiri antara lain mengurus laporan-laporan penjualan atau pemasaran, keuangan, dan masalah administrasi. Saat ini, aktivitas tersebut sudah dilakukan oleh sistem.

Selain back office, Jahja menyebutkan sejumlah posisi kerja yang bisa dilakukan secara digital yakni akuntan di setiap kantor cabang. "Waktu kami masih belum digital semua itu manual, yang mengatur rekening antar cabang saja bisa 200 orang. Sekarang ini tidak perlu, sekarang ini tidak ada yang melakukan itu semua sudah otomatis," imbuhnya.

Ia menuturkan untuk melakukan transformasi digital pada sebuah bank harus dimulai dari digitalisasi internal bank itu sendiri. Pada BCA sendiri, Jahja memiliki kurang lebih 1.000 karyawan yang menangani IT. Untuk efisien proses bisnis, ia membagi 1.000 karyawan tersebut dalam perusahaan mini (mini company) kurang lebih 43-44 orang.

"Kenapa kami pecah karena kalau dulu dengan sistem lama kami seperti waterfall (air terjun) menunggu approval (persetujuan) proses, sehingga satu program bisa menunggu setahun baru kelar. Sekarang ini terbilang minggu, bulan, subject to approval, jadi cepat sekali pembuatannya," paparnya.

tag: #bank  #ekonomi-digital  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement