JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mendorong kaum santri menjadi agen inovator di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Hari Santri Nasional ke-5 yang diperingati pada hari ini, Kamis, 22 Oktober 2020, menurut Hariyono harus direfleksikan dengan hal-hal yang lebih substansial dibanding memperingatinya hanya secara seremonial.
"Yang menjadi tugas penting oleh semua elemen bangsa di samping kaum santri adalah bagaimana menjadikan bangsa kita menjadi bangsa yang berdaulat dan lebih makmur, yaitu dengan sentuhan inovasi," kata Hariyono dalam webinar Hari Santri Nasional bertema "Nasionalisme Santri, Ketahanan Pancasila dan Indonesia yang Kuat", Kamis, 22 Oktober 2020.
Inovasi dan iptek, kata Guru Besar Universitas Negeri Malang ini adalah indikator kemajuan suatu bangsa. Ia mencontohkan persaingan ekonomi antara Cina dan Amerika. Keduanya merupakan negara yang unggul di bidang iptek sehingga peran masing-masing mempunyai pengaruh besar terhadap iklim ekonomi Internasional dan geopolitik.
"Cina relatif lebih unggul itu karena Cina sudah mulai menguasai iptek lebih bagus. Itu ditentukan oleh senjata, bukan (banyaknya) pasukan," ujar Hariyono.
Ia mengakui bangsa Indonesia secara dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi belum berada di posisi terdepan. Namun, ia berharap santri mampu mengambil posisi itu.
Selama ini, kata Hariyono, kaum santri dalam konteks menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, sudah berada di barisan terdepan, khususnya dalam menangkal ideologi ekstremisme yang mengancam Pancasila. Namun kini, ia menekankan, persatuan tersebut harus diarahkan dalam komitmen membangun inovasi di bidang iptek.
"Inovasi hanya mungkin dilakukan dengan baik kalau kita menguasai dan mengelola iptek secara maksimal. Sehingga, kami di BPIP menekankan bahwa Pancasila sebagai "meja statis. Sebagai ideologi yang mempersatukan semua elemen bangsa, (Pancasila) itu juga harus menjadi bintang penuntun, yang bisa membawa bangsa kita menjadi bangsa yang lebih maju, berdaulat, dan ini semua hanya bisa dilakukan kalau kita bisa mengusai iptek," jelasnya.
Saat ini, urgensi ilmu pengetahuan dan teknologi tengah dirasakan kebutuhannya melihat dampak pandemi Covid-19 yang meluluhlantakkan ekonomi dan kesehatan negara-negara di dunia. Untuk itu, vaksin pun menjadi orientasi banyak negara dalam menanggulangi pagebluk ini.
"Di era pandemi ini kita lihat yang relatif berhasil dan segera menemukan vaksin adalah negara-negara yang berhasil menguasai ilmu kesehatan," kata Hariyono.
Hariyono pun mengajak peringatan hari santri tahun ini tidak hanya dimaknai sekadar peristiwa seremonial historis, bahwa para santri telah berjasa dalam proses mempertahankan kemerdekan Indonesia dengan tercetusnya resolusi jihad melawan penjajah. Jihad di era modern ini, menurut Hariyono, adalah dengan berjuang mengembangkan ilmu pengetahuan agar dirasakan manfaatnya untuk bangsa dan negara
"Tugas kita sebagai generasi penerus adalah, bahwa bagaimana kaum santri yang dulu telah berhasil mempertahankan kemerdekaan, bisa mengisi kemerdekaan (hari) ini. Dan untuk mengisi kemerdekaan inilah kaum santri sangat diharapkan bisa membantu menjaga komitmen kebangsan kita," tandas Hariyono.