JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Jika biasanya Pancasila dimaknai sebagai nilai-nilai ideologi dalam sebuah narasi, maka kali ini, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) melakukan sebuah inovasi. Melalui pembudayaan idelogi Pancasila, pihaknya mencoba menyampaikan nilai-nilai dari kelima sila tersebut dengan cara yang berbeda.
Salah satunya, melalui beberapa karya seni yang dihasilkan oleh para seniman dari seluruh Indonesia. Lewat karya-karyanya, seniman yang tergabung dalam Bazaar Art Indonesia (BAZARTI) ini mencoba menyampaikan pesan-pesan kebangsaan yang dapat menggungah perhatian masyarakat.
Hal ini turut disampaikan oleh Direktur Pembudayaan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Irene Camelyn Sinaga. Dalam pembukaan simbolik Pameran Gembrongseni yang bertempat di Pasar Seni Gembrong Cipinang tersebut, Irene turut melihat secara langsung berbagai karya seniman Indonesia.
"Pancasila tidak hanya dilihat dari kata-kata narasi, tetapi juga dengan karya bisa dengan ruang interaksi, dan banyak hal lainnya. Pancasila juga ada di tengah-tengah pelaku seni ini," kata Irene dalam pembukaan simbolik Pameran Gembrongseni, Selasa (10/11/2020) lalu.
Berbagai karya seni bertajuk kebangsaan pun turut disoroti dalam pameran ini. Di antaranya adalah Pameran Figur Bapak Bangsa (Bambang Winarto). Pameran Corona at Equator, Ruang Memory Museum (Paul Hendro), Perangko Pancasila, Ruang Memorabilia (Rivai Bolonggodu), Koleksi To Build The World Anew, Dangumanu Atelier, Sketsa Indonesian Times, (Usdek Sang Kedsu), hingga Lorong Buku Batavia dan Koperasi KITABUKU.
Budayawan Taufik Rahzen menuturkan, momen ini menjadi salah satu sarana bagi seniman untuk menyampaikan pesannya lewat karya seni. Hal tersebut dinilai Taufik sebagai karya seni kontemporer yang sangat unik dan penuh makna.
"Ini karya seni yang menafsirkan Pancasila kalau dalam bentuk seni ya seperti ini. Kita mentransformasi pasar ini, ada patung pahlawan, sekolah Pancasila, kita juga bisa mendapatkan dokumen studi Pancasila sepanjang sejarah Indonesia," kata Taufik.
Beragam karya seni turut dipamerkan dalam kegiatan BAZARTI tersebut. Salah satunya, lukisan karya beberaa seniman yang menggambarkan peristiwa pidato Bung Karno. Tak hanya itu, terdapat pula gambaran suasana Nusantara yang merefleksikan Pancasila dilengkapi dengan suara yang dapat diperdengarkan secara langsung.
"Ada seniman Amerika yang merekam tentang suasana di seluruh Nusantara tentang suara-suara yang kira-kira merefleksikan Pancasila. Suara alam, ombak, suara percakapan dan bahasa-bahasa seluruh Indonesia ada semua, yang menurut dia mencerminkan tentang lima sila itu," kata Taufik.
"Kemudian, kita berinteraksi dengan pidato Bung Karno di PBB, jadi para seniman kemudian menafsirkannya. Ada seniman Paul Hendro, dia menggambarkan peristiwa pidato kala itu. Sebagai salah satu karya seni kontemporer, ini sangat unik ya," ujar Taufik menambahkan.
Sementara itu, kesempatan ini dimaknai Irene sebagai realisasi dari bentuk inovasi penyampaian nilai-nilai ideologi. Diharapkan, pameran ini dapat lebih menggugah perhatian masyarakat untuk terus memaknai nilai-nilai ideologi dan sejarah perjuangan Pancasila.
"Kalau kita lihat lagi pameran lukisan itu sebenarnya orang akan terpengaruh. Mungkin akan lebih asyik ketika melihat pameran lukisan daripada mungkin membaca buku atau literasi, sehingga ini yang kami gugah dalam bentuk inovasi," kata Irene.
Melalui beragam karya seni tersebut, Irene berharap piaknya dapat menyentuh relung hati masyarakat untuk menyampaikan nilai-nilai ideologi Pancasila. Hal itu agar masyarakat dapat mengenal dan lebih memaknai sejarah perjuangan para pahlawan.
"Mungkin cara ini kami namakan inovasi pembudayan, kebetulan ada di Direktorat Pembudayaan, kami ingin cara-cara inilah yang bisa menyentuh dan sebagai bentuk kami memberikan informasi dari inovasi," kata Irene.