JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Pengguna dompet digital atau e-wallet mengalami lonjakan drastis dalam setahun terakhir pasca pandemi Covid-19. "Hal menarik yang kami temukan adalah sekitar 44 persen pengguna baru mulai menggunakan e-wallet pada tahun 2020 yang mana setelah pandemi Covid-19 merebak," ujar Managing Director Neurosensum Indonesia, Mahesh Agarwal dalam diskusi daring di Jakarta pada Selasa (2/3/2020)
Dalam kurun waktu sebelum terjadinya pandemi, penggunaan dompet digital selama 3 sampai lima tahun hanya berkisar 10 persen, kemudian dalam kurun waktu satu sampai dengan tiga tahun terakhir pengguna dompet digital hanya mencapai 45 persen.
Namun pada tahun 2020, hanya kurang dari setahun, terjadi lonjakan drastis dalam persentase pengguna e-wallet yakni sekitar 44 persen.
"Ini merupakan trend yang sangat menarik, dan kemungkinan pertumbuhan pengguna e-wallet di Indonesia akan semakin meningkat ke depannya," kata Mahesh.
Dengan demikian pandemi Covid-19, lanjut Mahesh, merupakan faktor yang memicu peningkatan penggunaan dompet digital dikaitkan dengan belanja online di ecommerce-ecommerce.
"Hal ini dikarenakan publik lebih cenderung melakukan belanja online di ecommerce saat ini dan kecenderungan untuk mengandalkan ewallet semakin menguat," katanya.
Managing Director Neurosensum Indonesia tersebut melihat bahwa setiap tahunnya ada e-wallet baru yang diluncurkan sehingga membuat pasar dompet digital sangat kompetitif di Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama Research Manager Neurosensum Indonesia, Tika Widyaningtyas mengatakan bahwa sejak e-wallet masuk ke Indonesia, mungkin adopsinya tidak secepat akhir-akhir ini, setelah pandemi Covid-19 melanda di mana hampir separuh masyarakat menggunakan e-wallet yang mana mereka adalah pengguna baru atau new adopter dalam satu tahun terakhir.
"Hal menarik lainnya adalah ternyata ketika belanja daring, lebih banyak orang yang menggunakan e-wallet bahkan jika dibandingkan dengan rekening bank," ujar Tika.
Menurut hasil studi dari Neurosensum, e-wallet menjadi metode pembayaran yang paling banyak digunakan ketika masyarakat Indonesia melakukan belanja online yakni sekitar 88 persen akhir-akhir ini.
Sedangkan metode pembayaran transfer bank atau bank account tercatat sekitar 72 persen, kemudian metode pembayaran cash on delivery 47 persen dan diikuti pembayaran lewat supermarket/ minimarket sekitar 32 persen. Sementara itu metode pembayaran kartu debit tercatat sekitar 23 persen dan kartu kredit sekitar 11 persen ketika masyarakat melakukan belanja online.