JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Kalangan DPR mendesak Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi untuk berterus terang soal alasan membuka kran impor beras. Karena masyarakat menduga ada banyak kepentingan yang bermain.
"Lalu saudara Menteri Perdagangan, membuka impor beras itu untuk siapa? dan Siapa yang saudara mau bela?," sindir Anggota Komisi VI DPR I Nyoman Parta yang mengintrupsi saat Raker dengan Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi, Wamendag Jerry Sambuaga di Jakarta, Senin (22/3/2021).
Diketahui, rapat itu sendiri dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi VI DPR Muhammad Hekal dari Fraksi Gerindra. Suasana rapat kerja terlihat gaduh, beberapa anggota Komisi VI DPR mencoba menyela interupsi Nyoman Parta, namun tak digubris oleh pimpinan Komisi VI DPR.
"Kenapa saudara sampai ngotot impor. Kebijakan ini, bahkan sampai membuat hati saya ngilu. Karena itu, saya tegaskan menolak Impor beras," ucapnya lagi.
Diakui atau tidak, lanjut Legislator dari Dapil Bali,
kebijakan Mendag soal impor beras telah menimbulkan kegaduhan nasional.
Padahal merujuk pengalaman dari impor beras yang dilakukan Maret-April-Mei 2018, sebanyak 1,7 juta ton ternyata stok beras tersebu masih tersisa dan tersimpan di Gudang Bulog.
"Tentu sisa ini membuat Bulog, kesulitan untuk merawatnya. Bahkan membebani Bulog dalam biaya perawatan," ungkapnya.
Lebih lanjut Parta menjelaskan bahwa stok beras yang masih tersimpan di Bulog menandakan dalam posisi cukup.
Karena buktinya, sampai hari ini tidak terjadi kelaparan dan juga tidak terjadi gejolak harga di pasar.
"Kebijakan impor beras yang diputuskan Mendag telah berhasil menurunkan harga gabah dan telah menurunkan mental juang para petani," lirihnya.
Parta sangat kecewa, karena Impor beras dilakukan pada saat panen raya akan terjadi. Hal ini sangat bertolak belakang dengan semangat mewujudkan kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan.
Berdasarkan data BPS Bulog dan Kementan disampai dari Januari-Mei 2021, stok beras dinilai cukup dan aman, bahkan hingga Ramadhan dan Idul Fitri 2021 tetap aman.
"Jadi, kurun waktu dari 2019-2021, tidak ada impor beras sampai hari ini. Bahkan sampai Pemilu 2019 yang sudah dilewatipun tidak ada gejolak harga, termasuk Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung setahun ini, juga tidak ada gejolak harga."
Menurut Parta, posisi cadangan beras Bulog hingga 500.000 ton merupakan hal yang biasa. Pasalnya, info dari Dirut Bulog bahwa cadangan beras sebesar itu bisa bertambah lagi dengan akan masuknya panen raya.
"Hingga hari ini, data yang saya dapat sudah mencapai 900.000 ton."
Anggota Fraksi PDIP ini memperkirakan sampai April 2021, cadangan beras itu bisa mencapai 1,5 juta ton beras. Jadi demi menghormati para petani yang telah memproduksi kebutuhan pangan yang sangat strategis untuk bangsa ini dan sekaligus menghentikan politik ketergantungan impor beras, maka pihaknya menolak impor.
"Karena memang tidak pantas dilakukan impor saat ini, bahkan melukai semangat kedaulatan pangan dan ketahanan pangan," pungkasnya.
Menjawab hal itu, Mendag Luthfi berjanji bahwa impor beras tidak akan dilakukan sepanjang musim panen berjalan lancar.
Menteri Perdagangan (Mendag) M. Luthfi menegaskan, pihaknya tidak akan melakukan impor beras.
"Kita tidak akan impor saat masa panen," kata Mendag Luthfi.