Bisnis
Oleh Rihad pada hari Sabtu, 17 Apr 2021 - 07:57:40 WIB
Bagikan Berita ini :

BI Umumkan Utang Indonesia Naik Lagi, Anggota DPR: Over Borrowing

tscom_news_photo_1618620978.jpg
Ilustrasi utang (Sumber foto : Ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri Indonesia sebesar 422,6 miliar dolar AS atau tumbuh 4 persen (yoy) pada Februari 2021, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 2,7 persen.

"Peningkatan pertumbuhan utang tersebut didorong oleh utang luar negeri pemerintah dan utang luar negeri swasta," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono di Jakarta, Jumat (16/4).

Erwin mengatakan utang luar negeri pemerintah tumbuh 4,6 persen dibandingkan pertumbuhan pada Januari 2021 sebesar 2,8 persen seiring dengan upaya penanganan dampak pandemi COVID-19 sejak 2020 dan akselerasi program vaksinasi serta perlindungan sosial pada triwulan I-2021.

Peningkatan utang ini untuk memenuhi target pembiayaan APBN 2021 melalui pendanaan dari dalam dan luar negeri dengan mengutamakan utang tenor menengah-panjang dan pengelolaan portofolio utang secara aktif untuk mengendalikan biaya dan risiko.

Pemanfaatan utang ini juga untuk mendukung belanja prioritas seperti sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (17,7 persen dari total), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (17,2 persen), sektor jasa pendidikan (16,3 persen), sektor konstruksi (15,3 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (12,7 persen).

"Posisi utang luar negeri pemerintah pada Februari 2021 mencapai 209,2 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar 210,8 miliar dolar AS," katanya.

Sementara itu Erwin mengatakan utang luar negeri swasta tetap didominasi utang jangka panjang dengan pertumbuhan mencapai 3,4 persen, meningkat dibandingkan dengan Januari 2021 sebesar 2,5 persen.

Perkembangan ini didorong oleh pertumbuhan utang luar negeri perusahaan bukan lembaga keuangan sebesar 5,9 persen. Sedangkan utang luar negeri lembaga keuangan mengalami kontraksi 4,9 persen atau lebih rendah dari kontraksi pada Januari 2021 sebesar 6,1 persen.

Berdasarkan sektornya, utang luar negeri swasta terbesar dengan pangsa mencapai 77,3 persen dari total berasal dari jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin, pertambangan dan penggalian, serta industri pengolahan.

"Dengan perkembangan tersebut, posisi utang luar negeri swasta pada Februari 2021 sebesar 210,5 miliar dolar AS, didominasi oleh utang luar negeri jangka panjang dengan pangsa mencapai 78 persen terhadap total," katanya

Secara keseluruhan, menurut dia, struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tetap terjaga di kisaran 39,7 persen, relatif stabil dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 39,6 persen.

Tanggapan DPR

Anggota Komisi XI DPR RI, Kamrussamad menanggapi laporan Bank Indonesia (BI) terkait posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia per Februari 2021 di angka USD 422,6 miliar, ini menunjukan pertumbuhan empat persen year on year (YoY).

Angka tadi juga menunjukan kenaikan dibanding kenaikan ULN Januari 2021 yang hanya naik sebesar 2,7 persen YoY.

Menurut Kamrussamad, posisi ULN Pemerintah sudah berada pada level over borrowing. Pandangan itu didasarkan atas tiga indikator yaitu posisi DSR (Debt Service Ratio), merupakan rasio pembayaran bunga dan cicilan utang terhadap penerimaan ekspor yang mencapai 27,86 persen, sementara posisi aman berada di angka 20 persen.

Selanjutnya, posisi DGDP (Debt to GDP ratio), merupakan rasio antara total ULN terhadap PDB Indonesia yang mencapai 39,7 persen, posisi ini nyaris menyentuh batas aman di angka 40 persen. Selain itu, posisi DER (Debt Export Ratio) yang merupakan rasio utang ULN dengan penerimaan ekspor dengan batas aman sebesar 200 persen, sementara posisi Indonesia berada di angka 215,4 persen pada kuartal IV-2020.

“Dua indikator menunjukkan bahwa Indonesia mengalami over borrowing, ketika dilihat dari indikator DSR dan DER," jelas dia.

"Sedangkan dengan indikator DGDP, nilainya hampir melebihi batas aman sehingga diperlukan manajemen utang dengan hati-hati dan terstruktur."

tag: #utang-pemerintah  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement