Opini
Oleh Tony Rosyid Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa pada hari Friday, 21 Mei 2021 - 12:59:00 WIB
Bagikan Berita ini :

Mengapa Konflik Palestina-Israel Tidak Mudah Diakhiri?

tscom_news_photo_1621576397.jpg
Tony Rasyid (Sumber foto : Ist)

Israel jahat. Iya! Dalam 11 hari, serangan Israel telah membunuh 232 orang, melukai 1.900 warga, mengusir 75.000 penduduk dari rumah, dan merobohkan lebih dari 500 bangunan. Ini angka yang diumumkan. Yang tidak diumumkan terkadang lebih banyak. Mereka yang meninggal, terluka dan diusir diantaranya adalah perempuan dan anak-anak. Ini tentu sebuah kejahatan besar. Dan kita sepakat soal ini!

Serangan ini bukan pertama kali. Ini sudah puluhan kali sejak 1948 Israel menguasai Palestina. Sudah ratusan ribu orang meninggal dalam akumulasi penyerangan yang seringkali terjadi di wilayah Palestina, khususnya Jalur Gaza.

Setiap Israel menyerang, media gencar memberitakan. Sekian orang yang mati, sekian orang yang terluka, sekian rumah yang roboh, sekian penduduk yang mengungsi. Berita ini semacam ritual sekian tahun setiap Israel menyerang. Seolah seperti kaset yang disetel ulang, dengan variasi angka yang berubah.

Dunia mengutuk, masyarakat sedih, lalu di berbagai belahan dunia ada protes di jalanan, mengucapkan belasungkawa dan berdonasi. Fenomena ini sudah jadi semacam tradisi. Bahasa kerennya: "human ethics".

Ini bagus, dan harus terus dilakukan sebagai ekspresi kemanusiaan, sekaligus mencegah dunia ini makin rusak karena perang. Ini bukan semata-mata hanya untuk kepentingan rakyat Palestina, tapi ini keoentingan seluruh umat manusia di dunia dalam menjaga bumi agar tidak cepat punah karena perang.

Namun, satu hal yang menjadi pertanyaan: apakah sikap protes di jalan, ucapan belasungkawa, kumpulkan bantuan, akan menghentikan penyerangan Israel? Untuk sementara, iya. Tapi, tidak seterusnya. Setelah itu, sekian bulan atau sekian tahun berikutnya, Israel akan menyerang lagi. Meski tanpa alasan rasional dan tanpa didahului ketegangan. Demi untuk mengenang masa lalu, nyerang. Gila bukan? Ini tidak akan terjadi kecuali dilakukan oleh penjahat perang.

Tidak terlihat ada upaya yang terukur dan bisa menghentikan penyerangan Israel ke warga Palestina secara permanen. Yang terjadi hanya menghentikan sementara, tepatnya menunda sampai waktu yang tidak ditentukan.

Kenapa penyerangan Israel itu tidak dihentikan secara permanen? Ada sejumlah persoalan. Pertama, ada konflik internal di Palestina. Hamas sebagai kelompok kanan militan dan Fatah yang sekuler tidak kompak. Kalau di internal tidak kompak, gimana mau merdeka?

Kedua, kemampuan perang Palestina, terutama Hamas, kalah jauh dari Israel. Baik skill, anggaran maupun peralatan perangnya. Khusus alutsista, milik Hamas tentu masih kalah canggih dari Israel.

Ketiga, OKI yang notabene menjadi organisasi negara-negara muslim yang peduli pada konflik Israel-Palestina, juga tidak kompak dalam bersikap. Sebagian masih mendukung Israel. Sehingga, organisasi ini tidak mampu mengendalikan dan memberikan tekanan.

Keempat, konflik Israel- Palestina tidak benar-benar mau diselesaikan, baik oleh PBB, maupun organisasi dunia yang lain. Serang, mati, belasungkawa, bantu. Terus menerus ritmenya seperti ini. Mau sampai kapan?

Jika Hamas dan Fatah bersatu, lalu mengembangkan skill perang dan peralatan yang canggih, mampu melakukan lobi dan deplonasi internasional yang kuat, maka harapan untuk merdeka akan terbuka. Ingat, kemerdekaan itu direbut, bukan diminta.

Tapi, jika Palestina tetap bertahan dalam situasi yang ada, puas dengan kekuasaan kecil yang diperebutkan dan dibagi-bagi antar faksi, maka kemerdekaan hanya akan bergantung pada doa.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #palestina  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Digitalisasi Salah Satu Kunci Genjot Pertumbuhan Ekonomi

Oleh Uchok Sky Khadafi Aktivis 98, Direktur Eksekutif Center for Budget Analisys (CBA)
pada hari Selasa, 05 Nov 2024
Kondisi ekonomi global dalam beberapa tahun belakangan ini dihadapkan pada ketidakpastian. Selain dipicu perang Rusia-Ukraina, ketidakpastian ekonomi global juga terjadi imbas perang dagang antara ...
Opini

Blockchain Untuk Koperasi Indonesia

Sejak kemerdekaan, koperasi di Indonesia berkembang sebagai simbol ekonomi rakyat yang berbasis gotong royong, berperan penting dalam upaya mewujudkan kedaulatan ekonomi. Pada masa awal, koperasi ...