JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Di beberapa kota besar terjadi antrean pengisian oksigen untuk pasien Covid-19. Selain kian langka, kebutuhan oksigen yang besar tersebut memicu kenaikan harga. Melambungnya harga oksigen, mengingatkan publik terhadap harga masker yang sempat melambung pada awal pandemi.
“Mengutip Komisi Pengawas Persaingan Usaha atau KPPU, harga tabung naik 16 sampai 900 persen, terutama di DKI Jakarta,” ujar Politisi Golkar Singgih Januratmoko.
Menurut Singgih, kenaikan ini menjadi tidak wajar pada saat masyarakat ditimpa bencana global.
Singgih yang juga anggota Komisi VI DPR RI mengingatkan, prilaku memanipulasi harga yang dilakukan produsen dan distributor tersebut bisa didenda bahkan dihukum. Selain oksigen, obat untuk pasien Covid-19 juga naik.
“Prilaku tersebut menunjukkan hilangnya moralitas bangsa, yang selama ini dikenal senang bergotong-royong, saling membantu. Namun, hanya karena melihat peluang mendapatkan untung yang besar, lalu nilai-nilai kemanusiaan hilang,” kata Singgih.
Singgih mengatakan, mengabaikan nilai-nilai kemanusian menunjukkan adanya sebagian anak bangsa yang mengalami kemerosotan moral.
Singgih mengatakan perilaku manipulasi harga, menunjukkan adanya ketidakpedulian terhadap penderitaan orang lain. Padahal menghadapi wabah penyakit yang sifatnya global, menurut Singgih memerlukan kepekaan dan kerja sama seluruh elemen bangsa.
Singgih meminta pemerintah turun tangan, agar harga oksigen dan obat bisa stabil. “Aparat dan investigator KPPU harus bertindak tegas terhadap penimbun dan mereka yang menaikkan harga hingga tidak wajar, melampaui harga eceran tertinggi,” ujar Singgih.