JAKARTA(TEROPONGSENAYAN)-Pemerintah diminta agar mengefektifkan program bantuan sosial, khususnya untuk keluarga miskin, sebagai akibat dari penerapan PPKM. Langkah ini harus dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan kontraksi kembali terhadap tingkat konsumsi rumah tangga.
Demikian disampaikan oleh Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI MH. Said Abdullah saat mencermati kondisi perekonomian nasional serta kebijakan pemerintah dalam mengendalikan penularan Covid-19.
“Sedangkan untuk di lapisan rumah tangga menengah atas, pemerintah perlu mendorong kebijakan insentif perpajakan yang memungkinkan spending mereka lebih besar lagi, agar tingkat konsumsi rumah tangga terjaga dengan baik di zona positif pada kuartal berikutnya,” ungkap Said sapaanya, Jumat, (6/8/2021).
Selain itu dia juga memperhatikan meningkatnya laju ekspor dan impor. Di mana pada kuartal II 2021 ekspor tumbuh 31,78 persen (year on year/yoy) dan impor tumbuh 31,22 persen (yoy).
Untuk itu, Said menyarankan, pemerintah perlu mengantisipasi agar berbagai kegiatan ekspor impor yang menopang produk domestik bruto (PDB) dari sisi pengeluaran cukup tinggi.
“Seperti kelangkaan peti kemas, layanan Customs Excise Information System and Automation (CEISA) pada Ditjen Bea Cukai tidak lagi bermasalah, termasuk berbagai kegiatan pungli yang sempat ditemukan oleh Presiden Joko Widodo,” ungkapnya.
Lebih lanjut Said juga mengharapkan Pemerintah mengantisipasi kebijakan tapering off (pengetatan moneter) yang rencananya akan dilakukan oleh The Fed pada Oktober 2021 mendatang, bila ekonomi Amerika Serikat (AS) menunjukkan perbaikan.
Pemulihan ekonomi AS ini juga mendorong kemungkinan capital outflow pada pasar keuangan nasional yang konsekuensinya akan menekan rupiah.
“Namun peluangnya potensi ekspor kita akan meningkat, sebab AS adalah pasar ekspor tradisional kita. Total ekspor kita ke AS pada tahun 2021 sebesar 12 persen dari total ekspor,” terang Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu.
Ia pun berharap, agar momentum pertumbuhan ekonomi nasional disepanjang tahun 2021 dapat bertahan pada kisaran 3,3-3,8 persen dengan mempertimbangkan segala tantangan yang akan dihadapi pada dua kuartal mendatang.