JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Pengamat politik dari Indostrategis Andar Nubowo mengatakan, aksi emosional yang dilakukan Menteri ESDM Sudirman Said saat Raker dengan Komisi VII DPR sangat tidak beretika.
"Gawat jika menteri sampai gebrak meja di acara resmi dengan mitra legislatif. Seharusnya, seorang menteri bisa menjaga diri dan etika rapat," kata dia melalui BlackBerry Messengger, Jumat (12/6/2015).
Ia menjelaskan bahwa seorang menteri profesional saja tidak cukup, ia perlu memiliki keterampilan atau kepiawaian politik. Selain itu, ia mengetahui bagaimana berkomunikasi dengan parlemen dengan efektif.
Selain itu, hal itu menunjukkan bahwa kabinet Kerja itu tak hanya murni kerja. Tetapi perlu mengetahui persoalan dan lika-liku politik.
"Sudirman Said belum mampu mengomunikasikan kebijakan-kebijakannya secara efektif dan komunikatif. Ia gagal memahami dan mengelola alur, bahasa dan logika politik (parlemen). Gebrak meja SS semakin menambah daftar panjang buruknya para pembantu Presiden yang gagap ber(politik) komunikasi," tandas dia.
Bisa jadi, kata dia, sikap emosional menteri tersebut menunjukkan secara jelas bahwa sebenarnya kinerja manajerial Sudirman Said dalam mengelola Migas tanah air benar-benar kedodoran.
"Bukankan kebijakan-kebijakan migas seperti naik turunnya harga BBM, TDL. Itu ada di bawah komandonya?" jelasnya.
Namun apapun alasannya, sikap emosional yang dilakukan Menteri ESDM tidak dapat dibenarkan.
"Itu sama saja tidak menghormati publik/rakyat, sebab aksi gebrak meja itu di rumah rakyat. Apapun tajamnya kritikan atau pertanyaan anggota dewan, Sudirman Said seyogjanya menjawabnya dengan terukur dan rasional," ujarnya.
"Anggota dewan itu memang tugasnya "berbicara, ngomong, berdebat", sesuai asal kata dari parlemen, yakni "parler (bahasa Perancis). Aksi gebrak meja, setahu saya, tindakan irasional dan emosional yang hanya terjadi di bawah pemerintahan Jokowi-JK." (iy)